Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bah! Bah! Bah! Menamakan Makanan Saja Kok Takut?

9 April 2021   14:30 Diperbarui: 24 April 2021   12:33 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk berbagi kepada teman-teman Barat saya, saya menerjemahkan artikel saya Kartini-kartini yang Tersembunyi (atau Disembunyikan?) ke dalam bahasa Inggris menjadi Hidden Kartinis.

Dalam artikel ini saya singgung tentang bubur pedas dan ternyata ini menderu minat seorang rekan Kompasianer, Sirpa, sampai-sampai dia membuka tautan dari artikel ini ke bubur pedas tersebut.

Sirpa memberi komentar ini:
"Sikentut leave? Does it smell like farts. Greetings."

Karena tidak begitu menyimak, pemahaman saya yang pertama muncul adalah: "Sikentut pergi? Apakah baunya seperti kentut?" Nah lho.

Setelah dijelaskan oleh Sirpa, barulah saya ngeh bahwa yang dimaksudkan oleh Sirpa adalah: "Daun Sikentut? Apakah baunya seperti kentut?"

Jawab saya: "Ya, daun kentut! Jika kamu nggak suka baunya, masaklah dia."

Kesalahpahaman semula saya adalah karena daun Sikentut adalah istilah yang dipakai di Jawa, kalau di Medan dan Tanjungbalai Asahan istilahnya adalah daun Kentut! sinonimnya daun Sembukan (Paederia foetida L.).

Ke mana arah pembicaraan saya ini?

Dari satu komentar singkat Sirpa ini, saya jadi terinspirasi untuk share kepada para pembaca tentang keberanian dalam menamakan makanan.

Selain si daun Sembukan yang berani kita sebut daun Kentut karena memang berbau kentut, kita tidak merasa aneh kalau nama makanan hewani kita tinggal digabungkan dengan nama organ tubuhnya: sapi menjadi daging sapi, kambing menjadi daging kambing dll.

Tapi jangan coba-coba menerjemahkan istilah-istilah ini secara harfiah ke dalam bahasa Inggris, orang Barat akan sangat ketakutan!, kecuali mungkin orang Jerman.

Konon, nama bahan-bahan makanan hewani bahasa Inggris diderivasi dari bahasa Perancis dan mewarisi ketakutan (atau kepenakutan) orang Perancis tersebut.

Contoh:
Daging/otot = flesh/muscle.
Daging untuk dimakan = meat.

Sapi = cow.
Daging sapi yang masih hidup = cow flesh, berkonotasi ke otot sapi (cow muscle).
Daging sapi untuk dimakan = beef.

Kambing = goat.
Daging kambing yang masih hidup = goat flesh, berkonotasi ke goat muscle (otot kambing).
Daging kambing untuk dimakan = mutton.

Jadi, ada cara jitu untuk menakut-menakuti orang Barat golongan ini dengan mengatakan  "Do you eat cow flesh?" (Apakah kamu makan daging sapi?) wkwkwkwk gua ngakak!

Beruntung bagi orang Barat ini, mereka tidak begitu takut kepada ayam, mungkin karena ukurannya yang relatif kecil.
Ayam = chicken.
Daging ayam untuk dimakan = chicken meat.

Sekarang dalam bahasa Jerman:
Sapi = Kuh.
Daging sapi = Rindfleisch (sapi + daging).

Babi = Schwein.
Daging babi = Schweinefleisch.

Untuk daging-daging lain, bahasa Jerman tampaknya sudah mengikuti kaidah bahasa Inggris.

Kembali ke..... daun Kentut. Sebaiknya istilah ini juga tidak usah diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa Inggris (Fart leaf) karena pasti akan menimbulkan ketakutan baru.

Sungguh, Indonesia Pemberani!

Jonggol, 9 April 2021

Johan Japardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun