Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengulik Kata "Cina" yang Salah Kaprah (Seharusnya: "China")

4 April 2021   10:00 Diperbarui: 24 April 2021   08:16 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam bahasa Inggris, kata China diderivasi oleh orang Barat dari kata pertama ejaan lama (Wade-Giles) dari 秦朝 Chin-chao (Dinasti Chin), dengan ejaan baru (pinyin) Qinchao (Dinasti Qin), yakni dinasti pertama dari Kekaisaran  China.

Dasar berpikir orang Barat ini adalah karena 秦始皇帝 Qin shihuangdi (Kaisar Qinshihuang)lah yang pertama kali menaklukkan enam kerajaan dan mempersatukan seluruh China dalam satu kekaisaran, walaupun hanya bertahan selama 15 tahun (221-206 SM).

Orang China sendiri menyebut diri mereka sebagai orang Han, yang diambil dari dinasti sesudah Qin, yaitu 漢朝/汉朝 Hanchao, yang bermakna dinasti Han (202 SM-220 M), yang didirikan oleh 劉邦 Liu Bang yang gelar kuilnya 漢太祖/汉太祖 Han Taizu (Leluhur Agung  Dinasti Han) dan gelar anumertanya 漢高祖/汉高祖 Han Gaozu (Pendiri Agung Dinasti Han).

Ini terlihat dari penggunaan istilah 漢語/汉语 Hanyu (bahasa China) dan 漢字/汉字 Hanzi (aksara China, 漢字 Hanja dalam bahasa Korea dan 漢字 Kanji dalam bahasa Jepang).

Saya mengamati bahwa anak-anak Sekolah Dasar di China malah diajari mengulang-ulang pengucapan 華夏的子孫/华夏的子孙 Huaxia de zisun yang bermakna anak cucu Huaxia (nama kuno China) yang diambil dari istilah 夏朝 Xiachao atau Dinasti Xia (± 2070-1600 SM) pada zaman neolitik atau budaya Longshan, dalam rentang waktu yang dimulai sejak 4.091 tahun yang lalu!

Jika merujuk pada uraian di atas, bisa dimaknai bahwa seluruh China belum dipersatukan sebelum berdirinya dinasti Qin. Entah kenapa Xia dan penerusnya 商 Shang (1766-1122 SM, yang belakangan berganti nama menjadi 殷 Yin)* dan 周 Zhou (1046-256 SM) juga disebut dinasti.

*Aksara China mulai diciptakan pada zaman ini.

Dalam bahasa Indonesia, kata China diadaptasi menjadi Cina (belakangan juga istilah alternatifnya: China, ini yang benar) untuk menyebut negeri China, dengan alternatif Tiongkok yang diadaptasi dari 中國/中国 Zhongguo (Hokkien: Tiongkok), yang juga digunakan oleh orang Jepang 中國/中国 Chuugoku, yang bermakna Negara Tengah, dengan dasar berpikir  kuno bahwa China adalah negara di tengah-tengah dunia. Istilah alternatif yang digunakan adalah 中原 Zhongyuan yang berarti Daratan Tengah, yang dalam dialek Hokkien yang banyak ditemukan dalam cersil (antara lain karya Kho Ping Hoo) disebut Tionggoan.

Sejak merdeka dari Dinasti Qing (Manchu), China sendiri menyebut negaranya 中華人民共和國/中华人民共和国 Zhonghua Renmin Gongheguo, yang diterjemahkan menjadi Republik Rakyat China. Dari kata 中華/中华 Zhonghua inilah asal dialek Hokkien: Tionghoa, yang juga diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Dari istilah ini diturunkan lagi istilah alternatif 華人/华人 Huaren atau orang China.

Bagaimana pula dengan diaspora China di berbagai negara di luar China? Mereka dalam bahasa Mandarin disebut 華僑/华侨 Huaqiao  (Hokkien: Hoakiau).

Banyaknya variasi istilah ini tentunya bisa menimbulkan kebingungan, bahkan di kalangan para sinolog Indonesia, sehingga sering diperdebatkan mengenai istilah mana yang paling tepat.

Keadaan ini diperumit lagi dengan adanya istilah yang dibuat oleh orang China perantauan dalam dialek Hokkien, yaitu tnglang. Ada yang menyebut ini berasal dari istilah tnglang (orang dari Dinasti Tang) dan ada pula yang memaknainya sebagai singkatan dari tngsoalang (orang dari tngsoa, Mandarin 㠉山 tongshan). 

Kata 㠉tong sendiri tampaknya sudah usang, karena tidak saya temukan dalam CEDICT, tetapi hanya tercantum dalam kamus Kangxi dengan makna: gunung, bukit, bukit gundul, lembah, atau jurang.
山 shan (Hokkien: soa) sendiri bermakna gunung, bukit, segala sesuatu yang menyerupai gunung, bundel jerami tempat ulat sutera memutar kepompong, atau atap pelana. 

Gabungan kedua kata ini tentunya menimbulkan kerancuan tetapi menurut saya, gabungan ini, yang masing-masingnya bermakna gunung, hanya menegaskan tentang wilayah pegunungan.  Saya pikir istilah ini digunakan oleh diaspora dari provinsi Fujian untuk menyebut China.

Satu lagi, orang China juga menyebut daratan China dengan istilah 大陸/大陆 Dalu (Hokkien: Tailiok), yang biasanya digunakan untuk menanyakan tentang kepulangan orang China yang sedang berada di luar China. Tambah membingungkan?

Namun, bagi saya, ini sangat sederhana.
Kalau mau mengacu pada cara orang Barat, untuk "orang" gunakan istilah "orang China" dan untuk negara gunakan istilah "China."
Mengapa bukan "Cina"? Menurut saya "China" lebih berkonotasi ke Qin (Chin) ketimbang Jin (Cin menurut lafal Indonesia), karena Jin sendiri sebenarnya berarti Jurchen atau Manchu, bangsa asing yang pernah dua kali menjajah China, dengan nama Dinasti Jin (1115–1234) dan Dinasti Qing (1636-1912), jadi orang Cin-a (Jurchen) bukanlah orang Chin-a.

Catatan:
Saya kutip dari artikel saya "Diskusi Bahasa dengan Putriku yang Mulai Jadi Pemerhati" https://www.kompasiana.com/johan0501/6067be49d541df1094682672/diskusi-bahasa-dengan-putriku-yang-mulai-jadi-pemerhati:
Ini adalah salah sebuah masalah dalam bahasa Indonesia, dimana konsonan rangkap dalam bahasa asing dijadikan konsonan tunggal. Menurut saya, solusi praktisnya adalah memerhatikan mana kata-kata yang bisa menimbulkan kerancuan (mungkin dalam bahasa asing terdapat 2 kata yang mirip, yang satu dengan konsonan rangkap dan yang satu lagi tunggal). Contoh kekeliruan yang telah kita buat, selain phloroglucinol yang menjadi floroglusinol, adalah tidak membedakan Cina dengan China). Kata-kata lain berkonsonan rangkap, yang tidak berpotensi menimbulkan kerancuan (sebelum terbukti sebaliknya), tetap dijadikan konsonan tunggal, walaupun konsonan rangkap itu memiliki bunyi yang berbeda dengan konsonan tunggal.

Terus, kalau mau mengacu pada cara orang China, untuk "orang" gunakan istilah "orang Tionghoa" dan untuk negara gunakan istilah "Tiongkok" atau malah "Tionghoakok" (kreasi saya sendiri).

Namun semua ini tidak lagi menjadi masalah kerena orang China perantauan dan keturunan mereka sudah menjadi salah sebuah suku yang integral dari bangsa Indonesia.

Poin samping, kalau saya disebut "orang Cina" oleh entah siapapun, dengan atau tanpa niat baik, sudah barang tentu itu tidak berarti apa-apa bagi saya, tidak perlu dipusingkan seperti orang-orang yang menurut saya kurang paham dan kurang kerjaan.

Jika hendak diluruskan, istilah yang paling tepat adalah 印尼華僑/印尼华侨 Yinni huaqiao (Hokkien: Ini huakiao) yang bermakna Diaspora* di Indonesia, kalau mau lebih tepat lagi, generasi ke-4 diaspora (perantau) dari China ke Indonesia, karena yang merantau dari provinsi Fujian China adalah kakek buyut saya.

*Dalam KBBI, diaspora hanya definisikan sebagai: masa tercerai-berainya suatu bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia dan bangsa tersebut tidak memiliki negara, misalnya bangsa Yahudi sebelum negara Israel berdiri pada tahun 1948. https://kbbi.web.id/diaspora
Saya menggunakan diaspora dengan salah sebuah makna dalam Kamus Webster: orang-orang yang menetap di tempat yang jauh dari tanah leluhur mereka (people settled far from their ancestral homelands).

Semoga mencerahkan.

Jonggol, 16 Maret 2021

Johan Japardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun