Mohon tunggu...
Juang Faaid
Juang Faaid Mohon Tunggu... Freelancer - SigNature

Mengurai kata, menyibak semesta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anak, Manusia dan Semesta

7 Agustus 2019   10:05 Diperbarui: 7 Agustus 2019   10:27 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Keberlangsungan hidup manusia tidak lepas dari lingkungan dimana ia tinggal, kesesuaian antara watak yang terasah dari didikan orang tua selalu dipertemukan dengan berbagai watak yang berada dan hadir di lingkungan dan mengakar.

Seorang anak tidak serta merta berbuat baik jika tidak ada tauladan yang ia panuti atau paling tidak diperoleh dari sajian interaksi antara anak dan orang tua. 

Umumnya menjadi watak dasar yang akan ia pupuk hingga sang anak beranjak dewasa, dan menjadi manusia pada umumnya yang menjalani aktifitas keseharian tumbuh dewasa bersosialisasi hingga karir, hingga akhir pada kematian yang masih menjadi titik akhir ketakutan semua manusia.

Dilain sisi tidak sedikit pula anak-anak yang menemukan ritme dan frekuwensi yang ia dapati dari pola keseharian yang ia dapatkan, akan menjadi aksi baru bagi Si anak jika ia berani untuk menghadirkannya ditengah lingkungan hingga berproses menjadi warna watak  baru ditengah lingkungan dan menjadi jati diri yang seuutuhnya bagi pribadi anak tersebut.

Masyarakat timur yang selalu mengolah rasa dalam setiap geraknya yang terkadang tersangkut pada prasangka yang akan meruntuhkan tatanan rasa kolektif yang ada di tengah masyarakat timur, rasa saling curiga hingga apatis terhadap lingkungan menjadi buah dari tersesat nya laku fikir terhadar rasa dan karsa.

Berbeda halnya dengan kaum barat yang selalu mengedepankan rasio, keberlangsungan hidup dimulai presisi perhitungan yang detail yang selalu membuahkan karya cipta yang elegan dan dinamis. Ragam penemuan yang selalu membelalakkan mata, hingga pada titik nilai kemanusiaan tercitrakan natural tanpa berbagai retorika.

Dipersimpangan,

Ketika seorang anak mampu mengekspresikan diri dan kediriannya maka dia mampu bersuka cita dengan lingkugan, tidak ada hambatan tidak ada sungkan yang selalu menghantui keceriaan kepolosan anak. 

Selanjutnya, bagaimana seorang anak mampu membawa dirinya menjadi seorang manusia yang utuh, manusia yang mampu berlari mengejar mimpi, manusia yang mampu mengurai nilai-nilai semesta ? 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun