Teknik STOP: Jeda Kecil yang Menyelamatkan Fokus di Era Digital
Ketika Pikiran Sudah Terlalu Penuh
Pernahkah kita merasa kewalahan saat bekerja? Jantung berdegup lebih cepat, pikiran bercabang, dan tangan seolah mengetik tanpa tahu arah. Dalam dunia yang serba cepat, penuh notifikasi, dan tekanan hasil instan... manusia butuh sesuatu yang justru mengajak berhenti sejenak.
Dan di sinilah teknik STOP mengambil peran penting.
Lahir dari Dunia Mindfulness Barat
Teknik STOP bukan sekadar akronim. Ia lahir dari dunia mindfulness yang dikembangkan oleh pakar psikologi seperti Dr. Jon Kabat-Zinn, pelopor program MBSR (Mindfulness-Based Stress Reduction) di Amerika Serikat.
Salah satu muridnya, Elisha Goldstein, Ph.D., memperkenalkan akronim STOP sebagai alat bantu sehari-hari untuk menghadirkan kesadaran penuh. Konsep ini kemudian meluas ke dunia pendidikan, kesehatan mental, hingga pelatihan kerja.
Apa Itu Teknik STOP?
STOP adalah singkatan dari:
S = Stop → berhenti sejenak dari apa pun yang sedang dilakukan.
-
T = Take a breath → tarik napas dalam dan sadari keberadaan diri.
-
O = Observe → amati pikiran, perasaan, dan sensasi tubuh tanpa menghakimi.
P = Proceed → lanjutkan aktivitas dengan kesadaran yang lebih jernih.