Di sinilah momen paling kuat muncul:
Empati membangkitkan rasa percaya diri.
Dan dari rasa percaya diri itu, tumbuhlah keinginan untuk belajar.
Ruang Aman untuk Bertumbuh
Guru-guru kita sebenarnya sangat adaptif. Mereka terbiasa menyiasati keterbatasan. Yang dibutuhkan bukan pelatihan canggih... tapi ruang aman untuk gagal dan eksplorasi.
Ketika kami memberi ruang untuk bertanya tanpa takut dibilang bodoh, ketika kami validasi rasa takut mereka alih-alih meremehkan, dan ketika kami hadir bukan sebagai 'pengajar ahli' tapi sebagai teman belajar ,barulah kolaborasi bisa tumbuh.
Saya ingat betul satu guru berkata, "Terima kasih sudah bikin pelatihan ini kayak ngobrol santai... jadi berani coba hal baru."
Teknologi yang Membumi
AI bukan sekadar perangkat masa depan. Ia adalah alat bantu yang bisa sangat membumi ,bahkan untuk guru SD di daerah.
Tapi untuk sampai ke sana, pendekatannya tidak bisa sekadar teknis. Harus ada jembatan empatik. Harus ada bahasa yang bisa menyentuh... bukan hanya menjelaskan.
Inilah kunci dari pelatihan kemarin:
Teknologi hanya bisa dipelajari ketika manusianya diberi ruang untuk merasa aman.
Kolaborasi yang Tak Terhentikan
Respons yang saya terima dari para guru begitu menguatkan. Bahkan setelah pelatihan selesai, mereka masih aktif berdiskusi di grup. Beberapa bahkan menginisiasi pelatihan lanjutan sendiri di sekolah masing-masing.
Saya percaya...
Jika para guru diberi kepercayaan dan didampingi dengan pendekatan yang manusiawi, mereka tidak hanya akan menyatu dengan zaman ,mereka akan ikut membentuknya.
Mari terus berjalan bersama. Bukan hanya demi mengejar kemajuan teknologi, tapi untuk membuktikan bahwa ketulusan guru... adalah kekuatan yang tak terkalahkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI