Mohon tunggu...
Jodhi Hermawansyah
Jodhi Hermawansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Public Relation Ilmu Komunikasi FISIP UMJ

Manusia Informal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: 1099 Days with Psycopathy

23 Juli 2020   20:24 Diperbarui: 24 Juli 2020   00:12 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hidup memang tak bisa dipisahkan oleh takdir, takdir sang maha pencipta. Perjalan kehidupan, jenjang karir, dan juga jodoh atau pendamping kita sudah ditentukan dalam takdir itu. Tapi, gimana rasanya kalo kalian ditakdirkan memiliki pendamping seorang yang gila? Lebih tepatnya psicopat.

Anya, Anya Ziara Laurenia. 3 tahun belakangan dia tinggal serumah dengan tambatan hatinya Daniel, Daniel Hermawan. Dia yang membiayai hidup Anya setelah kedua orang tuanya meninggal. Anya anak tunggal dan setelah kedua orang tuanya meninggal karena sebuah kecelakaan membuat hatinya hancur, namun Daniel datang dan berjanji akan menjaga dia. 

Dia pun menawarkan untuk tinggal satu atap bersama. Tidak tau mau kemana, Anya pun mengiyakan ajakan daniel tersebut. Anya dan Daniel saling kenal karena berkuliah di universitas yang sama. Sekarang mereka telah lulus, dan hidup satu rumah tanpa sebuah ikatan. Anya dengan kesibukannya bekerja freelance dan Daniel yang hampir setiap hari keluar pada waktu sore untuk bekerja. Anya tidak mengetahui apa pekerjaan Daniel karena setiap Anya menanyakan Daniel hanya menjawab kerja dengan temannya.

Siang itu, Anya sedang asik nonton berita ditelevisi sedangkan Daniel sibuk dengan ponselnya.  

Presenter : "pemirsa hari ini polisi kembali menemukan jasad korban mutilasi dengan bagian perut yang terbuka........"

Anya : byy, liat deh. Sering banget deh sekarang korban mutilasi gitu, kayanya untuk jual beli organ manusia deh, serem banget. Mana deket rumah kita terus deh beritanya.

Daniel : oh, iya

Anya : ih apaansi, kok iya doang. Daniel : iya, makanya kamu jangan keluar rumah malem-malem. Bahaya banget diluar sekarang.

Daniel memang sosok yang dingin dan terkesan cuek. Namun keramahannya yang membuat Anya betah tinggal serumah dengannya. Hari-hari selanjutnya, Daniel sudah jarang keluar rumah di waktu sore. Sampai suatu hari, di awal pergantian bulan Daniel izin ke Anya untuk keluar rumah, urusan pekerjaan katanya. Anya mengiyakan, tapi dia merasa curiga terhadap Daniel. "apa iya Daniel begitu? Enggalah gamungkin" gumannya.

Pukul 01.00, Anya mulai overthingking karena Daniel belum juga pulang. Tidak biasanya dia pulang hingga larut malam begini. Sudah berulang kali ditelfon, Daniel juga tidak mengangkatnya. Seketika ia lega mendengar bel rumah berbunyi. Anya terkejut ketika membuka pintu, dihadapannya Daniel berdarah-darah. Punggungnya lah sumber darah tersebut. "kamu kenapa?" tanya Anya dengan nada panik. "Tadi ada orang misterius dipinggir jalan, aku coba deketin, dia ngeliat aku dan langsung ngarahin semacam golok yang dia bawa ke aku. Aku langsung lari, tapi belakang aku yang kena" Daniel coba menjelaskan.

Sambil membersihkan luka Daniel, "makanya ish udah jangan pulang malem terus, bahaya kan. Udah gini kamu masih mau pulang malem? Udah yaa, aku gamau kehilangan kamu" mengeluarkan air mata. Daniel hanya membalas dengan senyuman dan mengusap kepala Anya.  Untungnya, luka di punggur daniel hanya luka goresan dan tidak terlalu parah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun