Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tebar Benih Ikan dalam Prosesi Pernikahan di Sedayu, Bantul

19 November 2019   20:15 Diperbarui: 19 November 2019   20:17 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepasang pengantin (Pardi dan Uyi) menebar benih ikan, 6 April 2019 (dokpri)

Dari Pusat Kota Kabupaten Bantul (DIY), tepatnya dari simpang Klodran, Masjid Agung ke arah barat melewati depan Lembaga Pemasyarakatan (LP) Pajangan hingga kurang lebih 10 km kita akan memasuki jalan raya Pandak-Pajangan-Sedayu sekaligus menyusuri liuk dan liku perjalanan sisi timur Kali Progo.

Di samping arus lalulintasnya tidak begitu padat, lebar jalan cukup proporsional dan mulus, juga di kanan-kiri jalan banyak pepohonan rindang menambah sejuknya udara ketika melintasi kawasan ini.

Berkunjung ke wilayah Kecamatan Sedayu dari arah selatan kita akan memasuki Desa Argodadi yang terbagi atas 14 pedukuhan. Suasana agraris perdesaan dengan berbagai giat masyarakatnya ternyata menyimpan beberapa budaya atau tradisi khas yang lekat dengan nilai-nilai kearifan lokalnya.

Satu hal yang sempat penulis cermati dan layak dipahami di antaranya ditemui salah satu tradisi dengan sebutan 'tebar benih ikan' pada setiap prosesi pernikahan dalam lingkup warga setempat, Tradisi ini menurut keterangan para tokoh setempat sudah berlangsung sejak beberapa tahun di lokasi tersebut.

Kepala Dukuh Sungapan M.Fuad yang juga ikut mengiringi arak-arakan menyebutkan "acara tebar benih dilakukan pada setiap prosesi pernikahan, merupakan bagian terakhir dari setiap hajatan manten. Disebutkan pula pula bahwa pada umumnya hajatan di sini berlangsung dari pagi hingga siang menjelang sore," imbuhnya.

Sedangkan penggiat sosial setempat, Wakijo menuturkan kepada penulis bahwa penebaran benih ikan oleh setiap pasangan pengantin dilakukan sebagai tradisi lokal dan sudah berlangsung kurang lebih selama tiga tahun, bahkan diperkuat dukungan Pak Camat Fauzan Mu'arifin sehingga keberlangsungannya tetap terjaga hingga kini.

Hal senada diungkapkan Raharjo (tokoh pemuda) yang sekaligus penggiat/relawan Jatayu, "tebar benih ikan di muara Kali Kontheng (tempuran dengan Kali Progo) dalam setiap prosesi pernikahan merupakan upaya yang tumbuh dan berkembang di kalangan warga Desa Argodadi, selanjutnya berkembang luas di wilayah Kecamatan Sedayu -- merupakan tradisi bermakna pelestarian alam dan lingkungan hidup. Ekosistem sungai perlu dijaga secara bersama-sama, jangan sampai dirusak," tambahnya.

Informasi pencegah kerusakan alam sekitar (dokpri)
Informasi pencegah kerusakan alam sekitar (dokpri)

Nah, pengalaman mengikuti tradisi atau budaya "tebar benih ikan" yang dilakukan oleh setiap pasang pengantin ini sangatlah banyak yang bisa dipahami. Beberapa makna tersirat dalam prosesi disertai arak-arakan dan berlangsung cukup meriah dalam suasana kebersamaan.

Setidaknya, prosesi tebar benih tersebut sebagai ujud hakiki berupa tradisi yang ditunjukkan warga setempat. Sumber daya alam dan kelestarian lingkungan hidup (termasuk sungai) menjadi persoalan yang perlu dijawab melalui cara sesuai sarana dan kemampuan warga sejalan dengan sumber daya budaya yang melekat dalam kehidupannya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun