Oleh: Riami
Kamu akan mengerti heksagraf yang digagas kak Jisa Afta ini, bila kamu mendalami dan mempraktikan berkali kali. Jangan takut diulas, salah diulang lagi, begitu. Apalah arti sebuah teori tanpa praktik di dalamnya seperti resep masakan tiada dapur yang mengembangkan pengolahannya.
Belajar itu ya bisa dimulai dari membaca, mempraktikannya, atau percobaan. Tentu saja untuk kian mengembangkan menjadi lebih baik harus berulang-ulang uji coba.
Menulis heksagraf itu tidak terlalu panjang tetapi asyik. Ada tanjakan dan tikungan yang menggemaskan dalam proses. Menulis harus diawali dengan pembukaan yang memukau di paragraf satu. Membentang konflik di paragraf dua. Membuat penyelesaian di paragraf tiga, memaparkan keadaan tokoh di paragraf empat. Mencipta twist atau kejutan di paragraf 5 , dan ending mengantung atau tuntas, di paragraf 6. Sungguh ini ibarat menghadapi pacar putus-nyambung. Geregetan sekali, tapi ingin terus nyambung. Untuk itu tak cukup menguasai konsep enam struktur di dalamnya.
Apa lagi setelah disampaikan bagaimana mengembangkan cerita tidak hanya masalah cinta yang sudah klise, sangat tertantang. Rasanya itu mengaduk-aduk kreatifitas. Punya guru yang demikian, harus patas menangkap bola-bola ide, pikirku. Malam itu aku berburu ide hingga menemukan suara katak.
Aku renungkan, secara normal katak hidup di sungai, sawah, rawa-rawa ini sudah lazim. Lalu katak hidup di mana ya yang unik? Ya, aku menemukannya. Katak hidup di kepala. Itu unik.
Lalu aku baca tetang teori halusinasi, filosi warna, suara dan depresi jadilah cerita yang berjudul "VROG". Menulis harus membaca, mencerna, menghubung-hubungkan dari berbagai dimensi ilmu, merenungkan azas manfaat, selera pembaca, mungkin ini dulu baru bisa eksusi agar tulisan tidak kering. Terima kasih kak *Jisa Afta* yang terus jadi pemantik daya pikir dan daya rasa penulis agar kami bisa berdaya saing.
Beginilah jadinya cerita VROG selamat membaca.
Oleh: Riami
Beberapa katak hidup di kepalaku. Setiap hari mengeluarkan suara. Warna-warnanya lucu-lucu. Ada hitam, abu-abu, hijau, kekuningan dan merah. Bahkan ada yang ungu. Sungguh tidak kuduga. Ada juga yang coklat dan hitam.
Yang membuat aku pusing adalah katak merah. Suaranya benar-benar memekakkan telinga. Teriakannya bikin kepala sakit. Liurnya beracun. Dia suka menari-nari di otak depanku. Suatu hari membuat aku jengkel. Lebih menyebalkan lagi ayah, ibu dan orang di rumah tak percaya. Katanya aku berhalusinasi. Oh aku pukul-pukul kepalaku.