Pada tanggal 16 januari 2025, Tim Rusunawa UNTAN yang berjumlah 12 orang mengunjungi berbagai tempat wisata di Sarawak selama 5 hari, sebagai media belajar dan untuk mempererat kebersamaan para pengelola Rusunawa. Kegiatan ini merupakan agenda tahunan dengan mengunjungi berbagai tempat yang telah ditentukan. Manajer Rusunawa UNTAN, bapak Reno Pati membagikan pengalamannya selama berkunjung ke Sarawak.
Dekat dan mudah diakses
Pemilihan Sarawak menjadi lokasi kunjungan kali ini karena tempat yang paling mudah diakses dan masih dalam serumpun. "Kami memilih Sarawak menjadi lokasi kunjungan tahun ini karena kami melihat banyak hal yang bisa dipelajari dari tempat tersebut dengan akses yang paling mudah dan terdekat dengan kota pontianak," ujarnya. Melalui Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong, mereka masuk ke negeri jiran tersebut dengan menggunakan Mobil Travel agar lebih praktis dan mudah mengakses jalan kemana-mana.
Tata Kelola kota yang baik dan bersih
Selain itu, alasan mereka memilih Sarawak sebagai tempat tujuan dalam kunjungan tahun ini karena tata Kelola ruang yang baik. "Di Indonesia penduduknya memasuki kota dulu baru diatur tempat tinggal dan pemukimannya, sedangkan disana (Kuching, Sarawak) pemerintahnya mengatur tata ruang kotanya dulu baru diisi oleh penduduk, sehingga kotanya lebih teratur," ungkapnya. Fasilitas publik, seperti taman, jalanan, dan kawasan wisata, juga dirawat dengan sangat baik, didukung oleh masyarakatnya yang tertib dan taat aturan sehingga memberikan pengalaman menarik bagi mereka yang berkunjung.
Destinasi wisata yang menarik
Tim Rusunawa UNTAN mengunjungi berbagai destinasi wisata menarik, karena setiap tempat menyimpan cerita sejarah tersendiri. Danau Tasik Biru menjadi destinasi pertama yang mereka datangi. Alasan Danau ini menjadi tujuan pertama karena jarang dikunjungi orang Indonesia serta memiliki keindahan pemandangan dan airnya yang biru. "Danau Tasik Biru ini jarang didatangi wisatawan Indonesia, karena jaraknya yang lumayan jauh sekitar 2 jam dari kota Kuching sehingga terasa lebih ekslusif," ujarnya. Selain itu Danau Tasik Biru ini juga menyimpan cerita Sejarah yang menarik, pasalnya danau ini merupakan Danau buatan, bekas dari lahan pertambangan. "Dari informasi bapak nya (pengelola tempat wisata), Danau Tasik Biru ini merupakan Danau buatan. Dulunya ini adalah lahan penambangan pasir, seiring berjalannya waktu lubang bekas pertambangan tersebut terisi air hujan yang kemudian membentuk danau yang indah," lanjutnya. Meskipun Danau buatan, namun pesona airnya yang biru tidak kalah menarik dari Danau lainnya, hal ini membuat banyak pengunjung datang ke tempat ini untuk berfoto-foto dan berkeliling mengguakan kapal yang telah disediakan.
Tempat wisata kedua yang dikunjungi adalah Cat Museum Kuching (sekitar 1 jam dari Danau Tasik Biru), cerita dibalik museum ini juga tidak kalah menarik dibandingkan dengan Danau Tasik Biru. Didalam Cat Museum terdapat setidaknya 4.000 artefak yang berkaitan dengan kucing dengan bentuk yang beragam, mulai dari seperti kucing Mesir kuno, kucing Borneo hingga lukisan tentang kucing. Kota Kuching, Dinamakan Kuching konon katanya kota tersebut terdapat banyak kucing ditemui seperti, di taman atau trotoar, serta banyaknya patung kucing sebagai salah satu simbol dari kota ini. "Dinamakan Kuching karena banyaknya patung kucing di kota tersebut, dulu pada masa penjajahan tahun 1950-an, pemerintah Inggris melalui Angkatan Udaranya pernah melakukan 'Operasi Menurunkan Kucing', yaitu kegiatan menurunkan 14.000 kucing ke daerah pedesaan Malaysia. Itulah mengapa ada banyak patung kucing di kota tersebut dengan berbagai jenis rasnya," ujarnya. Dari kunjungan tempat-tempat wisata tersebut, para karyawan Rusunawa UNTAN mendapat banyak pengalaman menarik, mulai dari cerita Sejarah hingga keunikan dari masing-masing destinasi yang mereka kunjungi.
Tempat Kuliner dan oleh-oleh khas Malaysia
Selain mengunjungi destinasi wisata, tempat kuliner juga menjadi salah satu bagian utama dalam kunjungan ini. Mereka menjajaki wisata kuliner Sarawak, salah satunya di India Street yang menawarkan berbagai kuliner, barang elektronik, obat-obatan, dan oleh-oleh seperti soufenir khas Kuching. Dinamakan "India Street" karena dulunya penjual yang mendominasi di tempat tersebut berasal atau memiliki keturunan india. "Disini kami mencoba beberapa menu kuliner khas Malaysia salah satunya yaitu 'Mee Goreng' semacam mie goreng dengan potongan ayam goreng yang diberikan bumbu rahasia dengan harga RM8 atau sekitar Rp 25.000,- jika dirupiahkan," sambungnya.