Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sepak Terjang Sjahrir, Slamet Rijadi, Sudirman

22 Juni 2025   11:23 Diperbarui: 30 Juni 2025   02:45 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Letnan Kolonel Slamet Riyadi (21 tahun) disalami Perwira Belanda Mayor Jendral F Mollinger (kiri) saat kolonial Belanda menyerahkan kota Solo kepada T

Agresi Militer Belanda ke-2 di Solo terjadi pada Desember 1948 sampai pertengahan 1949. Berarti ketika memimpin pertempuran di Solo, Slamet Riyadi masih berusia 21 tahun lebih 4-5 bulan (ia lahir 26 Juli 1927). Ternyata masih lebih muda dari Tan Malaka, yang sudah melakukan perlawanan politik sejak usia 23 tahun (1920).

Waktu itu Slamet Rijadi masih berpangkat sebagai Letnan Kolonel pada Brigade V Wehrkreise II Divisi dua TRI (kini TNI). Pertempuran di Solo pada Desember sampai pertengahan Januari 1949 ini merupakan bagian dari strategi gerilya setelah Belanda menduduki Yogyakarta, dan menyerang wilayah-wilayah lain Republik Indonesia.

 

Cerita tentang "Clash kedua" (istilah orang-orang tua kami dulu) memang menjadi cerita yang sering terdengar di masa kecil di Solo. Musuh para korban Clash (banyak sekali yang dimakamkan di TMP Kusuma Bhakti di pinggiran Bengawan Solo Timur), tidak hanya bule kulit putih. Tetapi juga para "londo ireng" (Londo Item) alias bangsa sendiri yang menjadi mata-mata Belanda, kaki tangan Belanda, atau tentara-tentara KNIL .

Tentara KNIL (Koninklijk Nederlands-Indisch Leger alias Tentara Kerajaan Hindia Belanda) ini sering juga dijuluki "de Zwarte Hollanders" (Belanda Hitam). Banyak di antara mereka memang berkulit gelap, ada yang dari keturunan Ashanti suku di Ghana, Afrika, juga Gurkha di India yang direkrut Belanda pada sekitar Perang Jawa (1825-1830) melawan pasukan Diponegoro.

Tetapi banyak juga yang berasal dari Indonesia Timur, karena mereka dianggap "setia kepada Belanda". Terutama mereka dari suku Ambon di Maluku, suku Minahasa dari Manado, suku-suku Atoni seperti Flores dan Timor, serta asal Rote, Sabu dan Kepulauan Nusa Tenggara lainnya. Mereka dianggap loyal, disiplin dan... Kristen, preferensi kolonial saat itu.

Mengapa tidak banyak "Londo Ireng" dari Jawa dan Sunda? Pengalaman Perang Jawa 1825-1830 menyebabkan mereka banyak nggak percaya dengan orang-orang Jawa. Selain jumlahnya sedikit, maka pasukan Londo Ireng Jawa itu umumnya ditaruh di pangkat lebih rendah dari KNIL-KNIL luar Jawa...

Usia Berpolitik

Rupanya semakin dulu kala, semakin muda usia kematangan berpolitik di kalangan bangsa kita. Coba tengok ke belakang, yang tercatat termuda memang Slamet Riyadi (21 tahun 4 bulan) dan Tan Malaka (23 tahun) ketika melakukan aksi perlawanan anti imperialis-internasional, melalui jalur komunis waktu itu.

Panglima Besar Sudirman, juga muda usia ketika mulai memimpin Tentara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) cikal bakal TNI pada 12 November 1945. Ketika itu Sudirman masih berusia 29 tahun 9 bulan 19 hari (Sudirman lahir 24 Januari 1916). Meskipun sangat muda, Sudirman berhasil memimpin dengan luar biasa TKR. Termasuk saat melakukan perang gerilya dalam kondisi sakit parah dan sering ditandu anak buahnya.

(Rute perjalanan Sudirman saat melakukan gerilya, sampai sekarang masih tersisa jejaknya di jalur selatan Jawa Tengah dan Yogyakarta Gunungkidul yang populer disebut Rute Sudirman). Rute Sudirman ini, kini menjadi "rute terindah" kalau Anda menempuh perjalanan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur melalui selatan Yogyakarta, lewat jalur Wonogiri. Pemandangan sangat keren, berliku-liku menempuh Pegunungan Selatan Yogyakarta, dan jalannya sangat halus tetapi awas, sempit berliku...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun