Sejak Lembaga ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Dunia UNESCO mengakui Keris Indonesia sebagai Mahakarya Warisan Lisan dan tak Benda Kemanusiaan Dunia (The Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) duapuluh tahun silam, antusiasme terhadap dunia keris meningkat drastis. Aktivitas pembuatan keris melonjak. Dan paguyuban perkerisan nasional yang semula kurang dari limapuluh, meningkat jadi ratusan.
UNESCO salah satu lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa ini memproklamasikan pengakuan Keris Indonesia di Paris pada 25 November 2005. Bahkan tiga tahun kemudian, di Paris 4 November 2008, secara resmi memasukkan Keris Indonesia ke dalam daftar Intangible Cultural Heritage (ICH), Warisan tak Benda Dunia. Sah, Keris Indonesia adalah salah satu warisan budaya yang perlu dilestarikan dunia.
Duapuluh tahun setelah proklamasi di Paris, dan 17 tahun setelah Keris Indonesia resmi masuk dalam daftar Warisan Budaya Dunia (ICH), Keraton Surakarta akan menggelar Jambore Nasional Keris (JNK) di Pagelaran Keraton Surakarta Hadiningrat pada 26-29 Juni 2025 mendatang.
Bagi Keraton Surakarta, kegiatan Jambore Nasional Keris ini adalah yang pertama kalinya, meski kegiatan serupa awalnya pernah dilangsungkan di Paguyuban Tosan Aji Karanganyar (Pataka) tahun 2023 silam.
Dalam kaitan gelaran nasional itu, saya diminta mewawancara putra tertua Raja Paku Buwono XIII, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi atau Gusti Raden Mas (GRM) Suryo Soeharto di Keraton Surakarta pada 12 Maret 2025 lalu. Berikut wawancara tanya jawab yang akan ditayangkan juga dalam sebuah podcast dalam waktu dekat.
+ Keraton Surakarta Hadiningrat pada 26-29 Juni mendatang akan menggelar Jambore Nasional Keris dengan mengundang seluruh paguyuban di Tanah Air untuk kumpul, silaturahmi dan berkegiatan di Pagelaran Keraton Surakarta. Apa yang mendorong Keraton menggelar acara nasional ini?
Kebetulan saya sering nongkrong dengan teman-teman paguyuban keris, Pataka (Paguyuban Tosan Aji Karanganyar), saya pernah rasanan dengan mereka: Mas, mbok kegiatan keris di keraton ini dihidupkan lagi. Sudah lama di keraton tidak diselenggarakan kegiatan-kegiatan keris yang bersifat nasional.
Kebetulan Pataka ini saya gandeng. Lha monggo kalau mau membikin kegiatan di Keraton. Kebetulan mereka ini sudah pernah sukses mengadakan kegiatan serupa di Karanganyar. Nah, kegiatan yang kedua (Pataka) ini mau diadakan di keraton saat bulan Sura, 1 Muharam. Mumpung keraton juga pada saat itu mengadakan kegiatan Kirab Pusaka. Sekaligus juga agar kegiatan perkerisan nasional yang bagi keraton baru pertama kalinya diselenggarakan ini membuat perkerisan semakin bangkit lagi di Nusantara ini. Dan supaya menjadikan paguyuban keris-keris Nusantara itu guyub. Monggo, paguyuban-paguyuban ini mengadakan kegiatan di keraton yang tidak sekadar bursa.
+ Keraton sebagai pusat kebudayaan di negeri ini ikut bertanggung jawab mengembangkan budaya khas ini agar lestari. Apa lagi misi dan visi kraton untuk acara Jambore Nasional Keris ini?
Karena keris sudah ditetapkan UNESCO (sebagai salah satu mahakarya kemanusiaan dunia), kita kan memiliki tanggungjawab untuk melestarikan mahakarya warisan budaya yang tak benda itu. Sementara dari kami sendiri, selaku Dewan Adat Kraton bersama Pataka kali ini melakukan kegiatan pelestarian keris dan tosan aji, salah satunya semakin menggiatkan para empu di tanah air agar lebih berkelanjutan agar budaya ini terus lestari, dan tidak hilang.
Sedangkan misi dan visi bagi keraton menyelenggarakan acara ini, semoga Jambore ini bisa menjadi wadah agenda tahunan kegiatan insan perkerisan seluruh Nusantara agar dunia perkerisan semakin marak. Semakin banyak anak muda yang tertarik akan keindahan seni leluhur dalam membuat keris. Tak hanya keris sebagai ageman dan di masa lalu sebagai senjata. Akan tetapi juga di dalamnya tersirat ada doa-doa saat membuat keris itu.
Salah satu misi dan visinya itu. Untuk menggugah agar kaum muda tertarik akan perkerisan, dan membuat kegiatan-kegiatan positif untuk kebudayaan.
+ Di masa lalu, kalau tidak salah terakhir tahun 1978, di Keraton Surakarta memiliki abdi dalem yang ditugaskan sebagai Mantri Pande (Abdi Dalem yang bertanggung jawab khusus di bidang Seni Tempa dan Pembuatan Keris), terakhir Empu Suparman (Ki Soeparman Martasuwignja alias KRT Soepawijaya). Sekarang dengan berbagai perubahan zaman keris sudah tidak lagi memiliki abdi dalem Mantri Pande. Bagaimana upaya Keraton kini untuk menghargai mereka yang berkarya membuat keris, para pande keris?
Keraton saat ini hanya memberikan apresiasi berupa pemberian gelar sebagai abdi dalem. Yang sudah kita berikan salah satunya ke Pak Basuki Teguh Yuwono (empu sekaligus dosen keris ISI Surakarta), apresiasi karena beliau menekuni di bidang empu pande, mantri pande yang mana beliau boleh dikatakan 'tidak asal' atau tidak sekadar menempa atau membuat keris. Beliau menggunakan pakem yang mana literasinya atau punjernya dari keraton itu sendiri. Saya dari pihak keraton kemudian memberinya gelar Kanjeng Raden Aryo (KRA) Basuki Yuwananingrat. Penghargaan dari keraton hanya sebatas itu, karena perubahaan zaman yang kini sudah berbeda.
+ Itu tentu sebuah penghargaan yang tinggi untuk seorang empu. Kemudian melalui event Jambore ini, acara apa saja yang bisa mendorong bangkitnya empu-empu agar semakin giat, dan aktif berkreasi?
Untuk event Jambore ini, di samping saya akan menggelar acara bincang-bincang dengan teman-teman perkerisan, untuk memberikan peluang bagi mereka yang khususnya menggeluti dunia pande (tempa) keris, mumpung di keraton itu masih ada manuskrip atau literasi tentang bagaimana pakem-pakem untuk menjadi mantri pande, silakan. Dateng saja ke Sasana Pustaka Keraton Surakarta untuk mempelajari bagaimana membuat keris (seperti cara keraton) itu seperti apa. Kan tidak sekadar menempa saja? Ada tatacaranya sebagai empu pande. Itu antara lain bincang-bincang yang akan saya lakukan, agar menggugah muda-mudi untuk senang terhadap budayanya sendiri.
Ada banyak manuskrip. Tetapi satu manuskrip itu, "Isining Wesi" (Isi yang terkandung di dalam besi) di Sasana Pustaka Keraton itu sudah bisa mewakili berbagai literasi tentang cikal bakal seseorang untuk menjadi empu pande, ada tertulis di dalam buku itu. Berbagai arahan untuk menjadi seorang empu pande, urut-urutannya (reng-rengan, Jw) ada di dalam buku itu.
Saya silakan, teman-teman yang kegiatannya menggeluti dunia pande. Mumpung manuskrip di keraton masih ada, dalam aksara Jawa. Akan tetapi di dalam Sasana Pustaka sendiri itu ada penerjemahnya. Manuskrip sudah dalam bahasa-bahasa Jawa era sekarang. Mudah dipahami. Setahu saya sudah lama tidak ada yang mempelajari manuskrip itu di keraton, mumpung masih ada. Buku belum rusak, tetapi sudah mulai tergerus zaman. Â Â
Tetapi tentunya, tidak boleh difoto bukunya. Tidak boleh dikopi. Jadi, harus belajar langsung di Sasana Pustaka dengan daya ingat kita masing-masing.
+ Selain wadah silaturahmi, apa saja acara yang disuguhkan dalam Jambore Nasional Keris di Pagelaran Keraton Surakarta kali ini?
Ada Lomba Keris garap masa kini, khususnya untuk empu-empu dan pengrajin keris masa kini. Ada juga Kontes Tosan Aji Kamardikan untuk umum, bukan empu atau pengrajin. Ada Bursa tosan aji, gathering paguyuban tosan aji se-Indonesia, Sarasehan Rembug Paguyuban Tosan Aji, Demo Tempa oleh para empu, di samping juga livestreaming dan broadcast praktisi tosan aji. Ada juga livestreaming Lelang Tosan Aji Pataka Bumi Lawu, sebagai partner Lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta dalam gelaran Jambore kali ini...
Kami juga akan sangat senang sekiranya Paguyuban dan Insan Perkerisan di Indonesia berkenan untuk ikut prosesi Kirab Malam 1 Sura di Keraton Surakarta. Pasti akan semarak jika Paguyuban-paguyuban keris ikut berkirab membawa Panji Pataka masing-masing. Dan setiap insan perkerisan nyengkelit keris pusaka masing-masing untuk kirab...
Tentunya, silakan mendaftar terlebih dahulu ke Sekretariat Panitia agar penataan posisi dan barisan dapat diatur dengan rapi. Syarat lainnya, tentunya mengenakan busana Jawi jangkep, gaya Solo Beskap hitam. Hanya saja, kain jarik yang digunakan tidak boleh yang bermotif parang (motif awisan atau larangan, yang hanya boleh dipakai untuk raja di acara resmi keraton).
Untuk samir atau tanda identitas Keraton nanti akan saya berikan satu persatu kepada para peserta.
+ Berapa kira-kira target peserta lomba dan kontes keris? Apa hadiahnya?
Untuk Lomba Keris bagi para empu dan pengrajin targetnya sekitar 30 peserta. Sedangkan Kontes Keris untuk umum bukan empu atau pengrajin, sekitar 100 sampai 150 peserta. Kami ingin berbagai kebahagiaan kepada semua peserta lomba dan kontes yang hadir, Doorprize yang disediakan adalah hadiah mobil. Tentunya baru kali ini lomba keris yang hadiahnya mobil. Selain itu, juara pertama Lomba Karya Keris bagi para empu dan pengrajin, selain akan mendapatkan hadiah uang Â
+ Apakah ada harapan untuk penyelenggaraan Jambore Nasional Keris ke depan?
Harapannya di tempat-tempat lain juga akan diselenggarakan seperti ini. Khususnya kerajaan-kerajaan atau kesultanan di Nusantara ini yang mungkin masih berminat menggelar Jambore seperti ini. Khususnya yang sudah mempunyai ciri atau keris agemannya masing-masing. Tidak sekadar bursa. Akan tetapi mengedukasi juga. Kan senjata tradisional itu tidak hanya keris? Masih ada macam-macam lainnya.
Mobil dan Hadiah Uang
Secara khusus, dalam wawancara di Keraton Surakarta Hadiningrat pada 12 Maret 2025 lalu itu, Empu Intan Anggun Pangestu, empu pertama yang lulus dari jenjang akademis Institut Seni Indonesia Surakarta sebagai Panitia Lomba dan Kontes Keris dalam rangka Jambore Nasional Keris 2025 di Pagelaran Keraton Surakarta 26-29 Maret 2025 ini, mengungkapkan bahwa lomba dan kontes keris kali ini hadiahnya sangat menarik.
"Juara pertama karya Lomba Keris untuk para empu dan pengrajin keris, akan dijadikan keris Paring Dalem atau persembahan untuk Keraton Surakarta Hadiningrat," ungkap Intan, "Juara pertama dapat uang tunai Rp 15 juta, juara kedua Rp 10 juta dan ketiga Rp 5 juta selain akan mendapatkan piala serta piagam penghargaan," kata Intan (31), lulusan Program Studi (Prodi) Keris pertama ISI pada 2012 yang kini sudah S2 program studi yang sama. Program Studi Keris di ISI ini adalah bangku akademis satu-satunya bagi kesarjanaan empu keris di dunia.
Sedangkan Kontes Tosan Aji Kamardikan (tak hanya keris), akan tetapi juga tombak, badik, pedang dan bentuk senjata tradisional lainnya garap kamardikan, akan dipilih 10 besar serta dapat penghargaan.
"Pemenang masing-masing kategori yang masuk sepuluh besar masing-masing kategori akan dapat hadiah uang Rp 5 juta serta piagam penghargaan. Sedangkan Best of the Best, dapat tambahan lagi Rp 5 juta...," kata Intan, empu perempuan yang di kalangan perkerisan dijuluki "Sombro dari Blitar".
Sombro atau Ni Mbok Sombro, adalah satu dari empat bersaudara empu legendaris di masa kerajaan Pajajaran (berdiri abad 10 sampai 16) di Jawa Barat (Empu Kuwung, Empu Hangga ing Tapan, Empu Singkir dan Ni Mbok Sombro). Selain dikenal sebagai empu perempuan yang keris bikinannya bertuah kuat, juga tempaannya dikenal matang. Logamnya mantap, hitam kelam pamor wijang (jelas, terang) meskipun model garapnya "semau dia" dan beda dari model garap keris empu-empu lainnya di Nusantara. *
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI