Salah satu misi dan visinya itu. Untuk menggugah agar kaum muda tertarik akan perkerisan, dan membuat kegiatan-kegiatan positif untuk kebudayaan.
+ Di masa lalu, kalau tidak salah terakhir tahun 1978, di Keraton Surakarta memiliki abdi dalem yang ditugaskan sebagai Mantri Pande (Abdi Dalem yang bertanggung jawab khusus di bidang Seni Tempa dan Pembuatan Keris), terakhir Empu Suparman (Ki Soeparman Martasuwignja alias KRT Soepawijaya). Sekarang dengan berbagai perubahan zaman keris sudah tidak lagi memiliki abdi dalem Mantri Pande. Bagaimana upaya Keraton kini untuk menghargai mereka yang berkarya membuat keris, para pande keris?
Keraton saat ini hanya memberikan apresiasi berupa pemberian gelar sebagai abdi dalem. Yang sudah kita berikan salah satunya ke Pak Basuki Teguh Yuwono (empu sekaligus dosen keris ISI Surakarta), apresiasi karena beliau menekuni di bidang empu pande, mantri pande yang mana beliau boleh dikatakan 'tidak asal' atau tidak sekadar menempa atau membuat keris. Beliau menggunakan pakem yang mana literasinya atau punjernya dari keraton itu sendiri. Saya dari pihak keraton kemudian memberinya gelar Kanjeng Raden Aryo (KRA) Basuki Yuwananingrat. Penghargaan dari keraton hanya sebatas itu, karena perubahaan zaman yang kini sudah berbeda.
+ Itu tentu sebuah penghargaan yang tinggi untuk seorang empu. Kemudian melalui event Jambore ini, acara apa saja yang bisa mendorong bangkitnya empu-empu agar semakin giat, dan aktif berkreasi?
Untuk event Jambore ini, di samping saya akan menggelar acara bincang-bincang dengan teman-teman perkerisan, untuk memberikan peluang bagi mereka yang khususnya menggeluti dunia pande (tempa) keris, mumpung di keraton itu masih ada manuskrip atau literasi tentang bagaimana pakem-pakem untuk menjadi mantri pande, silakan. Dateng saja ke Sasana Pustaka Keraton Surakarta untuk mempelajari bagaimana membuat keris (seperti cara keraton) itu seperti apa. Kan tidak sekadar menempa saja? Ada tatacaranya sebagai empu pande. Itu antara lain bincang-bincang yang akan saya lakukan, agar menggugah muda-mudi untuk senang terhadap budayanya sendiri.
Ada banyak manuskrip. Tetapi satu manuskrip itu, "Isining Wesi" (Isi yang terkandung di dalam besi) di Sasana Pustaka Keraton itu sudah bisa mewakili berbagai literasi tentang cikal bakal seseorang untuk menjadi empu pande, ada tertulis di dalam buku itu. Berbagai arahan untuk menjadi seorang empu pande, urut-urutannya (reng-rengan, Jw) ada di dalam buku itu.
Saya silakan, teman-teman yang kegiatannya menggeluti dunia pande. Mumpung manuskrip di keraton masih ada, dalam aksara Jawa. Akan tetapi di dalam Sasana Pustaka sendiri itu ada penerjemahnya. Manuskrip sudah dalam bahasa-bahasa Jawa era sekarang. Mudah dipahami. Setahu saya sudah lama tidak ada yang mempelajari manuskrip itu di keraton, mumpung masih ada. Buku belum rusak, tetapi sudah mulai tergerus zaman. Â Â
Tetapi tentunya, tidak boleh difoto bukunya. Tidak boleh dikopi. Jadi, harus belajar langsung di Sasana Pustaka dengan daya ingat kita masing-masing.
+ Selain wadah silaturahmi, apa saja acara yang disuguhkan dalam Jambore Nasional Keris di Pagelaran Keraton Surakarta kali ini?
Ada Lomba Keris garap masa kini, khususnya untuk empu-empu dan pengrajin keris masa kini. Ada juga Kontes Tosan Aji Kamardikan untuk umum, bukan empu atau pengrajin. Ada Bursa tosan aji, gathering paguyuban tosan aji se-Indonesia, Sarasehan Rembug Paguyuban Tosan Aji, Demo Tempa oleh para empu, di samping juga livestreaming dan broadcast praktisi tosan aji. Ada juga livestreaming Lelang Tosan Aji Pataka Bumi Lawu, sebagai partner Lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta dalam gelaran Jambore kali ini...
Kami juga akan sangat senang sekiranya Paguyuban dan Insan Perkerisan di Indonesia berkenan untuk ikut prosesi Kirab Malam 1 Sura di Keraton Surakarta. Pasti akan semarak jika Paguyuban-paguyuban keris ikut berkirab membawa Panji Pataka masing-masing. Dan setiap insan perkerisan nyengkelit keris pusaka masing-masing untuk kirab...