Tiba di Bandara Internasional Kemayoran pada 19 Juni 1972, dua hari sebelum bertanding ekshibisi lawan tim terkuat PSSI A, asuhan drg Endang Witarsa.Â
Pele langsung diarak meriah, di atas mobil terbuka dari Bandara Kemayoran menuju Hotel Kartika Plaza (kini sudah jadi BCA Tower) di Jalan Sudirman. Di pinggir jalanan yang dilalui konvoi Pele, orang berjejal untuk berebut melihat pemain sepak bola pujaan mereka.
Pele, kepada wartawan di Kartika Plaza mengatakan, ia suka begitu datang di Jakarta panasnya seperti di Brasil (namun ia belum tahu, bahwa Jakarta panas dan juga lembab, tidak seperti Brasil yang humidity-nya rendah.
Di Jakarta orang sangat mudah berkeringat karena kelembapannya tinggi). Dan dalam wawancara yang ditulis oleh Ignatius Sunito wartawan Kompas, Pele mengatakan ia ingin datang lagi ke Jakarta.
Sepekan sebelumnya, dalam wawancara khusus di Radio Thailand, kepada pewawancara Anton Pereira, Pele juga mengatakan bahwa sebaiknya Asia mendatangkan pelatih-pelatih dari luar negeri agar permainannya meningkat.Â
Hal senada juga dikatakan kepada wartawan-wartawan di Jakarta, menurut tulisan Ignatius Sunito. "Asia kudu mendatangkan pelatih luar negeri, jika ingin permainannya meningkat,"
Ketika tiba di Hotel Kartika Plaza Jakarta, Pele dan kawan-kawan langsung disambut para wartawan. Dan di ruang VIP, Pele pun sangat ramah menerima wartawan-wartawan olahraga dari Jakarta. Bahkan mau berfoto bareng, tanpa terlihat kesan bahwa ia pemain terbaik yang digandrungi dunia.
Siang itu, umumnya kalangan pers yang menemui Pele di Kartika Plaza adalah para wartawan olahraga yang biasa nongkrong di markas Siwo (Seksi Wartawan Olahraga) PWI Jaya di lapangan tembak Senayan (kini sudah jadi bangunan megah Hotel Mulia).
Dalam jepretan foto di atas, Ignatius Sunito berpose persis di samping kepala Pele pada 19 Juni 1972. Sementara Sumohadi Marsis, yang kemudian juga menjadi wartawan olahraga Kompas, ada di sisi kanan Pele. Dan seluruh wartawan yang mengerubungi Pele itu pun adalah para wartawan eks Siwo yang sudah pada meninggal dunia. Praktis yang masih hidup sampai saat ini ya tinggal Ignatius Sunito.
Manajemen Hotel Kartika Plaza, yang dipimpin Willem van Heek, menjadi penghubung yang baik antara Pele dan wartawan Jakarta. Hotel Kartika Plaza (kini sudah digusur bangunan tinggi bertingkat Menara BCA) juga selalu menjadi sponsor utama  PSSI mendatangkan bintang-bintang sepak bola lain, seperti Lev Yashin dan Dinamo Moskow, atau klub Hamburg SV sebelum mendatangkan Pele. Bahkan setelah Pele dan Santos, PSSI dan sponsornya Hotel Kartika Plaza juga mendatangkan klub besar Eropa, Ajax Amsterdam dengan bintangnya Johan Cruyff (sebelum pindah PSV Eindhoven).
Di Stadion Gelora Senayan pada Rabu, 21 Juni 1972, Santos pun menghibur kehausan penonton sepak bola Indonesia, untuk menyaksikan atraksi permainan "Pele Si Pencetak Seribu Gol" ketika bertanding melawan tim Indonesia.Â