Bintang sepak bola legendaris Pele alias Edson Arantes do Nascimento pernah singgah bermain di Jakarta bersama klubnya Santos limapuluh tahun silam (1972) dengan bayaran 45.000 dollar AS. Dan di depan sekitar 100.000 penonton yang memenuhi tribun Stadion Gelora Bung Karno, Rabu (21/06/1972), Pele dan Santos menundukkan tim terbaik tuan rumah PSSI A, asuhan drg Endang Witarsa 3-1.
Waktu itu Pele baru saja membawa Brasil juara dunia untuk ketiga kalinya di Piala Dunia 1970 Swedia, setelah sebelumnya menjuarai Piala Dunia 1958 Chile dan 1962 Meksiko.Â
Keindahan permainan Pele di lapangan, serta prestasi gemilang Brasil yang belum pernah dicapai negeri manapun, tidak mengherankan bila prestasi itu membuat Pele laris diundang bermain ke berbagai negara dunia. Dan khususnya klub Santos yang membesarkan Pele, mengeruk keuntungan luar biasa.
Tournya ke Asia dan Australia pada 1972 itu dalam rangka "farewell party" sebelum Pele gantung sepatu dua tahun kemudian. Di Jakarta, kepada wartawan olahraga Indonesia, mengatakan dia tak akan bermain lagi di Piala Dunia 1974. Pele gantung sepatu, serta berniat mencurahkan waktunya untuk melatih anak-anak di Brasil dengan dukungan sponsor Pepsi Cola.
Bisa dibayangkan betapa PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) berusaha mati-matian menggaet pemain legendaris ini untuk datang ke Jakarta.Â
Pele dan rombongan Santos yang berjumlah 26 orang, memang sudah menjadwalkan bermain di Tokyo Jepang, Hongkong, Bangkok Thailand dan Sydney di Australia bersama Santos. Indonesia berniat mencegat. Dan ternyata cegatan itu teramat mahal.
Ketika diundang ke Tokyo, Persatuan Sepak Bola Jepang harus mengeluarkan uang dari koceknya 22.500 dollar AS plus uang ganti 26 tiket pesawat untuk rombongan Pele dan pemain Santos dari Rio de Janeiro Brasil ke Tokyo. Hongkong maupun Thailand, masing-masing kudu membayar 20.000 dollar.
Indonesia, lantaran tujuan setelah Thailand adalah bermain di Sydney Australia, maka Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia kudu membayar jauh lebih mahal. Bayaran tampil Pele dan klubnya Santos 40.000 dollar (senilai Rp 18 juta lantaran kurs per dollar AS adalah Rp 450).Â
Dan masih harus membayar tambahan lagi, ganti uang tiket Sydney ke Jakarta untuk 26 orang termasuk Pele sebesar 5.000 dollar. Sehingga total bayaran Pele dan kawan-kawan ke Jakarta, adalah 45.000 dollar atau sekitar Rp 20 juta nilai pada saat itu. Sebuah nilai yang cukup mahal. Bandingkan dengan biaya mendatangkan super grup rock, Deep Purple ke Jakarta saja 48.000 dollar AS pada tahun 1975.
Pele juga mengajukan syarat, bersedia main di Jakarta asal mendapat pengawalan khusus. Dan sesampai di Jakarta, bintang-bintang klub Santos itupun dikawal oleh sepasukan Tecab (Team Chusus Anti Banditisme), yang sangat disegani di kalangan para pelaku kriminal di Jakarta. Aman sentosa...
Ramah pada Wartawan
Tiba di Bandara Internasional Kemayoran pada 19 Juni 1972, dua hari sebelum bertanding ekshibisi lawan tim terkuat PSSI A, asuhan drg Endang Witarsa.Â
Pele langsung diarak meriah, di atas mobil terbuka dari Bandara Kemayoran menuju Hotel Kartika Plaza (kini sudah jadi BCA Tower) di Jalan Sudirman. Di pinggir jalanan yang dilalui konvoi Pele, orang berjejal untuk berebut melihat pemain sepak bola pujaan mereka.
Pele, kepada wartawan di Kartika Plaza mengatakan, ia suka begitu datang di Jakarta panasnya seperti di Brasil (namun ia belum tahu, bahwa Jakarta panas dan juga lembab, tidak seperti Brasil yang humidity-nya rendah.
Di Jakarta orang sangat mudah berkeringat karena kelembapannya tinggi). Dan dalam wawancara yang ditulis oleh Ignatius Sunito wartawan Kompas, Pele mengatakan ia ingin datang lagi ke Jakarta.
Sepekan sebelumnya, dalam wawancara khusus di Radio Thailand, kepada pewawancara Anton Pereira, Pele juga mengatakan bahwa sebaiknya Asia mendatangkan pelatih-pelatih dari luar negeri agar permainannya meningkat.Â
Hal senada juga dikatakan kepada wartawan-wartawan di Jakarta, menurut tulisan Ignatius Sunito. "Asia kudu mendatangkan pelatih luar negeri, jika ingin permainannya meningkat,"
Ketika tiba di Hotel Kartika Plaza Jakarta, Pele dan kawan-kawan langsung disambut para wartawan. Dan di ruang VIP, Pele pun sangat ramah menerima wartawan-wartawan olahraga dari Jakarta. Bahkan mau berfoto bareng, tanpa terlihat kesan bahwa ia pemain terbaik yang digandrungi dunia.
Siang itu, umumnya kalangan pers yang menemui Pele di Kartika Plaza adalah para wartawan olahraga yang biasa nongkrong di markas Siwo (Seksi Wartawan Olahraga) PWI Jaya di lapangan tembak Senayan (kini sudah jadi bangunan megah Hotel Mulia).
Dalam jepretan foto di atas, Ignatius Sunito berpose persis di samping kepala Pele pada 19 Juni 1972. Sementara Sumohadi Marsis, yang kemudian juga menjadi wartawan olahraga Kompas, ada di sisi kanan Pele. Dan seluruh wartawan yang mengerubungi Pele itu pun adalah para wartawan eks Siwo yang sudah pada meninggal dunia. Praktis yang masih hidup sampai saat ini ya tinggal Ignatius Sunito.
Manajemen Hotel Kartika Plaza, yang dipimpin Willem van Heek, menjadi penghubung yang baik antara Pele dan wartawan Jakarta. Hotel Kartika Plaza (kini sudah digusur bangunan tinggi bertingkat Menara BCA) juga selalu menjadi sponsor utama  PSSI mendatangkan bintang-bintang sepak bola lain, seperti Lev Yashin dan Dinamo Moskow, atau klub Hamburg SV sebelum mendatangkan Pele. Bahkan setelah Pele dan Santos, PSSI dan sponsornya Hotel Kartika Plaza juga mendatangkan klub besar Eropa, Ajax Amsterdam dengan bintangnya Johan Cruyff (sebelum pindah PSV Eindhoven).
Di Stadion Gelora Senayan pada Rabu, 21 Juni 1972, Santos pun menghibur kehausan penonton sepak bola Indonesia, untuk menyaksikan atraksi permainan "Pele Si Pencetak Seribu Gol" ketika bertanding melawan tim Indonesia.Â
Sekitar 100.000 penonton (kapasitas Gelora Senayan 125.000) pun membayar mahal untuk bisa melihat bintang sepak bola yang selama ini hanya mereka dengar dari berita.
Untuk bisa melihat atraksi Pele, Edu, Nene, Jade dan Orlando dari klub juara Amerika Latin ini, harus membayar tak murah. Tiket VIP Rp 5.000 (setara lebih dari 12 dollar AS), Klas I Rp 4.000, Klas III Rp 1.500, tiket termurah Rp 400 (kurang lebih sedollar), dan paling-paling murah untuk kalangan ABRI dan pelajar sekolah Rp 300...
Dan lima puluh tahun setelah menghibur publik sepak bola dalam Farewell Tour nya (1972) di Asia dan Australia termasuk pula di Gelora Senayan Jakarta, Pele alias Edson Arantes do Nascimento ini benar-benar meninggalkan kita semua untuk selamanya... *
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI