Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Drama di Ujung Gelar Juara Anthony Ginting

7 November 2022   17:17 Diperbarui: 8 November 2022   13:33 1847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anthony Ginting yang diuntungkan dengan keputusan Hakim Servis pun tak menyianyiakan kesempatan emas, meraih dua angka terakhir dengan pukulan-pukulan tajam ke sisi Chou Tien Chen (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Chou Tien pun meneruskan permainan, dengan penuh kekecewaan. Pertandingan terhenti lebih dari semenit akibat protes Chou Tien, yang mengancam mogok meneruskan tanding.

Anthony Ginting yang diuntungkan dengan keputusan Hakim Servis pun tak menyianyiakan kesempatan emas, meraih dua angka terakhir dengan pukulan-pukulan tajam ke sisi Chou Tien Chen. Ginting pun juara. Chou Tien menyalami Chair Umpire dengan memalingkan muka...

Anthony Ginting/sha/inews
Anthony Ginting/sha/inews

Sistem Review

Chou Tien Chen sempat ngotot meminta untuk "replay" pada Chair Umpire ketika merasa dicurangi Hakim Garis. Tetapi, seperti kita tahu lah, di bulu tangkis sistem review, yang disebut sebagai Hawk Eye (mata elang) itu hanya untuk menentukan in, atau out, sebuah pukulan melalui tayangan mata elang. Bukan untuk melakukan replay, seperti yang terjadi di sepak bola jika terjadi dispute saat ada dugaan pelanggaran.

Di dunia sepak bola, sejak berkembangnya teknologi komputer, dikenalkan dengan alat bantu replay video di layar besar lapangan untuk memutuskan apakah gol sah atau tidak sah. Atau untuk menentukan perlu tendangan penalti dari titik putih, atau free kick dari luar kotak penalti. Atau untuk memastikan, pemain melakukan pelanggaran keras terhadap pemain lawan atau tidak, wasit perlu meminta agar diputar ulang (replay) adegan terakhir. Dan cara penghakiman melalui video itu di dunia sepak bola internasional dikenal sebagai Video Assistant Referee (VAR).

VAR ini jauh lebih menguntungkan bagi permainan, ketimbang Hawk Eye pada permainan bulu tangkis ataupun tenis, yang sekadar memutuskan apakah menurut rekaman komputer pukulan itu keluar atau masuk. 

Pada situasi kritis seperti keputusan Hakim Servis, untuk mengatakan service fault pada pemain yang dalam perjalanan untuk memenangkan pertandingan, keputusan itu tidak bisa diprotes. Apalagi, dalam aturan bulu tangkis, Chair Umpire tidak memiliki hak untuk melakukan overrule (mementahkan keputusan hakim lapangan).

Mau protes berbusa-busa pun, jika Hakim Servis mengatakan "fault" tidak bisa dilawan oleh wasit yang memimpin pertandingan. Itu memang sudah peraturan bakunya permainan bulu tangkis. Hakim servis memiliki wewenang mutlak untuk memutuskan, salah atau tidak salah seseorang melakukan pukulan servis. Terutama pada saat-saat kritis.

Icuk Sugiarto

Terlibatnya teknologi rekaman komputer, ataupun video replay ini memang merupakan salah satu jalan keluar terbaik, untuk mengatasi jika terjadi dispute di lapangan pertandingan, baik itu di sepak bola, ataupun di bulu tangkis, tenis dan cabang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun