"Le na leko au nao nako umel ini" balas Dorkas. (mendingan saya pergi jauh dari rumah ini)
Kemudian Dorkas berlari keluar dan menemui adik perempuanya untuk menceritakan hal tersebut, namun adiknya juga mendukung ayahnya. "kamu harus mendengarkan ayah, dia orang tua kita." Kata adiknya.Â
Dorkas semakin tertekan harapannya sepertinya akan pupus. Saudara-saudarnya tidak mendukungnnya, mereka lebih senang mendengarkan ayahnya dari pada mendukung keinginannya. Dia pun tidak kehilangan akal. Ada satu yang mungkin bisa mendukungku. "mama... mama..." pekiknya dalam hati. ia kemudian berjalan menuju mamanya yang sedang bekerja di kebun.
Dalam perjalanan menuju kebun ia bertemu teman prianya yang sementara mengembalangkan sapi, pria itu memanggilnya sebentar agar bisa bercanda dengannya. Dorkas pun berhenti dan menyapanya. Pria itupun terus berbicara dengannya namun sesekali dia menggodanya.
"menikahlah denganku" kata pria itu.
"Maafnya kamu tidak sepadan dengan saya. Tidak penting saya berbicara sama kamu." Kata dorkas.
Kemudian Dorkas pergi meninggalkan pria itu dan menemui mamanya.
"Ain ...ain ... ain honi. Au he u molok no'ok ko? kata dorkas. (saya mau bicara dengan mama?)
"Hoo he mu molok sa?" kata ibunya. (mau bicara apa?)
"Am bantu kau he mu molok nok am nasit he au bisa lanjtu us skol" kata dorkas. (bantu bicara dengan ayah supaya saya bisa melanjutkan sekolah)
"Mu molok am mes kum, ho mu hine ho bapa, kalau in kan lomif berarti lo memang in kan lomif." tegas ibunya kepada dorkas. (bicara sendiri saja dengan bapak, kalau dia tidak mau berarti memang dia tidak mau)