Mohon tunggu...
Andri S. Sarosa
Andri S. Sarosa Mohon Tunggu... Bapak-Bapak Kurang Gaul

Menuangkan khayalan menjadi tulisan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kopi Sachet: Sahabat Manusia tapi Musuh Lingkungan

4 Oktober 2025   10:11 Diperbarui: 4 Oktober 2025   15:57 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah Anda sudah ngopi hari ini? ... Dimana? di rumah? di kantor? atau di jalan, bareng dengan komunitas penikmat kopi jalanan?

Dimanapun kita ngopi, tidak dapat dipungkiri bahwa ngopi sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia. Apalagi Indonesia tercatat sebagai negara penghasil kopi terbesar nomor 4 di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia.

Masih ingat jaman tahun 1980-an, ada grup lawak Warung Kopi (Warkop) yang menjadi legenda kawula muda saat itu. Dari sinilah komunitas anak muda djadoel mulai mengerti apa arti kopi sesungguhnya.

Jika mundur lagi ke belakang, para Gen X kelahiran 1965-1980, pasti masih ingat cara orang tua kita, kakek atau nenek minum kopi.

Kopi ngebul untuk mereka diseduh dan disajikan menggunakan cangkir yang beralaskan tatakan. Mereka pun menuangkan kopi panas tersebut ke tatakan, tiup sedikit lalu menghirupnya ... hmmm, nikmat sekali.

Setelah dewasa, kita baru paham bahwa cara seperti itu mengajarkan kita untuk minum kopi cukup satu cangkir saja, jangan kebanyakan.

Menurut sebuah situs medikal, kebanyakan minum kopi bisa menyebabkan efek negatif pada fisik dan mental seperti kegelisahan, insomnia, detak jantung cepat, peningkatan tekanan darah, sakit perut, dan gangguan pencernaan.

Tapi perkembangan zaman dan perubahan sosial memang nyata, bahwa minum kopi saat ini, kebanyakan tidak lagi menggunakan cangkir melainkan menggunakan gelas mug atau cup kopi yang ukurannya bisa dua kali lipat dari cangkir.  

Adalah Kapal Api sebagai produsen kopi lokal di Indonesia yang tercatat pertama kali menghadirkan kopi instan dalam Sachet pada tahun 1987.

Sontak Kopi Sachet ini jadi sangat laris di pasaran karena lebih praktis dan mudah disajikan. Hanya bermodalkan air panas, tuang, aduk dan siap dinikmati.

Bisnis Kopi Sachet Lokal tumbuh pesat di Indonesia yang ditandai dengan munculnya produsen-produsen kopi lainnya yang memperkenalkan berbagai macam rasa dan jenis kopi.

Bahkan saat ini makin banyak hadir para starling (starbak keliling) yang menjajakan Kopi Sachet terutama untuk para rekan ojol yang lagi mangkal nunggu penumpang dan masyarakat umum lainnya yang belum sempat ngopi di rumah.

Starling (Sumber: KOMPAS.com/Aisyah Sekar Ayu Maharani)
Starling (Sumber: KOMPAS.com/Aisyah Sekar Ayu Maharani)

Tapi, dibalik bekennya Kopi Sachet, tahukah Anda bahwa bungkus Sachet bekas kopi itu susah bahkan tidak mungkin untuk di daur ulang?

Kenapa?

Karena sebagian besar Sachet bekas kopi terbuat dari bahan komposit dengan beberapa lapisan bahan berbeda yang disatukan, seperti kertas, plastik dan foil (lembaran logam).

Jika ingin di daur ulang maka unsur-unsur tersebut harus dipisahkan menurut jenisnya. Dan ini tidak mudah dilakukan di fasilitas daur ulang standar, perlu peralatan yang canggih (mungkin belum ada di Indonesia).

Akhirnya, jika tidak dilakukan upcycle (daur ulang kreatif) menjadi produk baru maka Sachet bekas itu akan berakhir di tempat sampah umum dan perlu ratusan tahun untuk terurai oleh alam.

Upcycle Sachet Kopi (Sumber: YouTube/Apple art & craft)
Upcycle Sachet Kopi (Sumber: YouTube/Apple art & craft)

Bagi lingkungan, Kopi Sachet adalah salah satu musuh yang bisa mencemari mereka.

Apa lagi jika membuka Kopi Sachet dengan menggunakan gunting. Potongan kecil Sachet, jika dibuang ke laut atau sungai, malah dapat dimakan oleh satwa yang mengakibatkan masalah juga buat mereka.

Kopi Sachet memang sahabat manusia tapi manusia pun perlu bijak dalam mengelola Sachet bekasnya untuk tidak dibuang sembarangan. *

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun