Dewa United, tim kontestan Super League 2025/2026 yang bertabur bintang dengan skuad termahal senilai Rp. 95,34 miliar, kalah di dua pertandingan awal dan terpuruk di dasar klasemen (posisi 17 dari 18 Tim).
Ada apa dengan Para Dewa Banten Warriors ini?
Di awal musim kompetisi, Dewa United dianggap sebagai salah satu kandidat juara dan diperkirakan mampu mendominasi liga sejak awal musim.
Bagaimana tidak? ... Sejatinya skuad Dewa United diisi oleh pemain-pemain Level Dewa yang sudah berpengalaman di Liga 1 musim 2024/2025.
Beberapa playmaker klub Liga 1 berada didalam skuad Dewa United, sebut saja: Alexis Messidoro (Argentina) dan Hugo Gomes 'Jaja' (Brasil).
Barisan pertahanan pun cukup solid dengan hadirnya dua mantan pemain Persib Nick Kuipers (Belanda) dan Edo Febriansyah. Lalu ada juga Cssio Scheid (Brasil), Wahyu Prasetyo serta kiper Sonny Stevens (Belanda).
Di sektor penyerang, lebih wah dengan keberadaan Taisei Marukawa (Jepang), Privat Mbarga (Kamerun) dan Alex Martins (Brasil)
Dan yang paling menjanjikan adalah bergabungnya striker Timnas Indonesia, Rafael Struick untuk melengkapi skuad Timnas Indonesia di Dewa United yaitu Ricky Kambuaya, Egy Maulana Vikri, Septian Bagaskara dan Stefano Lilipaly.
Sepertinya skuad mewah ini terlambat start. Kalah 1-3 dari Malut United dan 0-2 dari Semen Padang, tim yang musim lalu dibantai oleh Dewa United 6-0 dan 8-1.
Mirisnya, Dewa United yang lebih menguasai permainan, malah kebobolan di ujung laga, di menit ke 90+2 dan 90+7.
Pemain yang paling banyak mendapatkan hujatan, tidak lain dan tidak bukan, adalah Rafael Struick. Struick dianggap bermain sangat jauh dari ekspektasi para Netizen Pelatih Online.
Struick menggantikan Ricky Kambuaya menit ke-84 dan diharapkan bisa jadi pembeda. Sayangnya, Struick tidak bisa berbuat apa-apa untuk Dewa United.
Netizen mengkritik karena saat bermain di Timnas Indonesia, Struick menjadi pemain depan yang sangat diharapkan oleh suporter karena gaya mainnya yang dianggap santai, lemas dan klemar-klemer tapi tiba-tiba bisa mencetak gol. Karena itulah Struick dijuluki "El Klemer".
Di Dewa United, El Klemer ditempatkan di posisi LWF (penyerang sayap kiri), tidak lagi di CWF (penyerang tengah) seperti di Timnas, sehingga tidak mungkin lagi menerapkan gaya klemar-klemer. El Klemer harus berusaha keras untuk menguasai dan menggiring bola dan memberi umpan ke Penyerang Tengah.
Gaya permainan inilah yang harus diadaptasi oleh El Klemer dan itu perlu waktu. Apalagi skuad Dewa United diisi oleh Para Dewa yang egonya masih tinggi karena keterampilannya yang mumpuni.
Bagaimana dengan pertandingan away berikutnya melawan Persik Kediri (22/08/25)? ... Menarik untuk ditonton!
Semoga El Klemer dan Para Dewa bisa bangkit untuk menguasai dunia persepakbolaan Indonesia!
*
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI