Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Persoalan Indonesia Klasik, Dimensi Citarum

4 November 2018   05:15 Diperbarui: 4 November 2018   06:46 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Bagian 1 | Prolog

Lama saya pertimbangkan untuk menyampaikan pengalaman seperti di bawah ini. Tak ada maksud selain menunjukkan sekaligus membuktikan, "malangnya nasib" seorang Joko Widodo menjadi Presiden Republik Indonesia, saat ini. 

Jelas beliau bukan "superman". 

Tapi justru sering terlihat konyol gara-gara kapasitas --- atau mungkin saja ulah yang disengaja --- dari lingkaran terdekat beliau yang seharusnya bekerja kreatif, inovatif, dan sepenuh hati untuk  membantu dan mengamankan berbagai kebijakannya. 

Setelah ini, bergiliran akan saya sampaikan sejumlah pengalaman lainnya, agar jangan ada yang terburu-buru menyalahkan Presiden yang saya cintai, hotmati, dan banggakan itu. 

Bagian 2 | Garis dan Ruang


Pesawat terbang komersial biasanya melintas pada ketinggian 30 ribu kaki. Atau lebih dari 9 kilometer di atas permukaan laut. Dari atas sana, sungai-sungai yang mengalir di permukaan bumi terlihat seperti garis yang berkelok-kelok. Sebagian tipis dan sebagian lainnya tebal. Bergantung pada lebar badan sungainya. 

Sebetulnya, sungai adalah sebuah ruang. Bukan garis. Menangani garis yang hanya 1 dimensi tentu berbeda dengan sesuatu yang berwujud 3 dimensi. Di sana ada ruang yang dapat dimanfaatkan sebagai bagian atau penunjang aktifitas manusia. Atau makhluk lain yang hidup di dalamnya. Tapi ada pula bagian dari ruangnya yang sama sekali tak boleh diganggu. Malah perlu dipelihara. 

Dalam konteks tata ruang, anggapan sungai sebagai sebuah garis itulah, yang menjadi ibu dari segala persoalan yang telah mengemuka sejak berpuluh tahun lampau. Tapi kehebohannya baru  sungguh-sungguh kita layani selama setahun belakangan ini. 

Bagian 3 | Sangkuriang


Tahun 2017 lalu, sejumlah pewarta asing mengunduh rekaman liputan audio visual tentang Citarum di media sosial. Sungai yang membelah propinsi Jawa Barat hingga ke Laut Jawa itu, dikabarkan sebagai yang terjorok serta termasuk salah satu yang berbahaya dan tidak sehat di dunia. Padahal ada sekitar 20 juta penduduk hidup di sepanjang alirannya.

Berikut ini beberapa link yang mengutarakan hal tersebut :

  1. "Kayaking down the World's Most Polluted River, the Citarum River", 29 Agustus 2017
  2. "The World's Dirtiest River | Unreported World", 15 November 2017 
  3. "01 East - Indonesia's Most Polluted River | Al Jazeera", 3 Mei 2018 

Presiden Joko Widodo sigap menyikapi pemberitaan internasional itu. Beliau lalu mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 15 tahun 2018, tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum.  Di sana diamanahkan pembentukan tim khusus yang menunjuk Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman sebagai Ketua Dewan Pengarah. Ketiga Menteri Koordinator lainnya (bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; bidang Perekonomian; serta bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan) ditunjuk sebagai wakil-wakilnya. Sementara 19 pemimpin Kementerian dan sejumlah Lembaga Negara, ditunjuk sebagai anggota. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun