Setiap pagi selama 2 malam saya berada di sana, selalu ada kabar tentang ulama yang tewas dan menjadi korban aksi pasukan 'ninja, dukun santet, dan orang gila' di malam sebelumnya.
"Saya tak tahu pasti apa yang sesungguhnya terjadi, mas. Tapi fenomena horor itu memang berlangsung ketika sedang melalui masa transisi untuk menggulirkan bermacam agenda Reformasi. Mulai dari pemberhentian dan pemilihan ulang wakil rakyat yang duduk di lembaga legislatif, menentukan Presiden RI definitif yg menggantikan Habibie, penghapusan konsep Dwifungsi ABRI, perluasan otonomi daerah, dan sebagainya.
Ketika itu, proses perebutan tampuk kekuasaan yang ditinggal Suharto setelah 32 tahun berkuasa sedang terjadi. Kemungkinan aksi 'balas dendam' dan 'upaya menyingkirkan' kelompok yang sebelumnya berpesta pora, oleh mereka yang sebelumnya tersisih, sangat mungkin terjadi.
"Kalau sekarang emang ada yang bakal tersingkir, pak?", tanya anak muda yang terlihat penasaran itu.
"Emangnya mereka pernah tersingkir? Saya kira mereka malah segera kembali menguasai jagad politik dan kekuasaan Indonesia lewat aneka baju yang baru kan? Presiden kita yang sekarang justru dikepung dan dipasung mereka yang sudah mengurat-berakar menguasai berbagai sudut. Padahal sosoknya adalah yang selama ini kita idam-idamkan."
"Kok gitu ya?", tanyanya lebih lanjut.
"Entahlah, mas. Agama yang semestinya mencerahkan kok seperti menjadi hal yang menakutkan sekarang."
Kami sudah sampai di tujuan. Saya bergegas turun sambil berpesan:
"Rajin membaca ya, mas. Pasti Anda akan menemukan fakta sebenarnya. Membangun kesadaran dan pemahaman diri tentang kebenaran yang sesungguhnya. Meski di tengah banjir informasi yang fakta dan kebohongan bercampur baur sekarang ini. Gunakan nalar dan hati nurani kemanusiaan, Anda!"
"Sip, pak. Biarin aja deh mereka berantem, hehe"
Jilal Mardhani, 20-2-2018