Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Politik

Joko Widodo Bukan "Superman"

4 Februari 2018   12:34 Diperbarui: 4 Februari 2018   12:52 12341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jokowi sesungguhnya ingin mengajak kita semua menyingsingkan lengan baju, bahu membahu, mengatasi berbagai persoalan yang harus dihadapi. Itu sebabnya, tanpa ragu diajaknya serta TNI yang sudah "kembali ke barak" bergotong-royong membuka lahan sawah baru, dan membangun infrastruktur di berbagai pelosok Tanah Air.

Tapi mungkin adik mahasiswa itu khawatir jika keterlibatan tentara pada kehidupan masyarakat sipil "bisa kebablasan lagi". Sebab kini Joko Widodo sudah menarik mereka lebih jauh sebagai "eksekutif" yang melaksanakan program untuk menangani daerah aliran sungai Citarum yang sudah dan semakin kacau balau sejak puluhan tahun lalu itu, hingga menjadi pelaksana tugas kepala daerah saat Pilkada dilangsungkan pada tahun 2018 ini.

Bukankah kekhawatiran itu sangat wajar jika kita berkaca pada pengalaman buruk rezim Orde Baru dan dwifungsi ABRI dulu?

Bagaimanapun, seandainya terpilih lagi pada tahun 2019 nanti, Joko Widodo tak mungkin bisa berkuasa lebih dari 10 tahun terhitung sejak 2014 lalu, bukan?

Jadi, wajarlah jika hal itu memicu kegelisahan. Sebab seandainya tidak ditangani dan dipersiapkan dengan seksama, hal itu justru bisa menjadi "warisan" Joko Widodo yang berpeluang "liar" bagi masa depan bangsa ini.

###

Akibat dunia intelektual yang berkaitan dengan lembaga ilmu pengetahuan dan pendidikan tinggi terbengkalai selama ini, sebagian kampus-kampus kita memang banyak disusupi paham-paham radikalisme. Selain tak diberdayakan sebagaimana mestinya --- karena rezim pemerintahan yang lalu sibuk mempertahankan kekuasaan sambil mengobral sumber daya alam yang ketika itu masih berlimpah ruah, semata untuk kepentingan kelompoknya --- peluang mengamal baktikan  pengetahuan juga tak berkembang.

Jokowi juga menerima warisan demokratisasi dan kebebasan berekspresi yang justru menyuburkan virus radikalisme itu berkembang, dan digunakan oknum-oknum tak bertanggung jawab, merongrong sepak terjangnya. Hal yang justru sering kali menyudutkan dan memancingnya untuk tergelitik menggunakan kekuasaan "bersenjata".

###

Banyak diantara kita terkecoh oleh kelelahan batin hingga membiarkan fanatisme berlebihan turut berkembang pada pikiran dan dirinya masing-masing. Segala sesuatu telah menjadi hitam-putih sehingga tak lagi menyisakan ruang bagi pandangan dan pendapat yang berbeda menemukan kebenaran hakikinya.

Semua itu menyebabkan bangsa ini semakin gamang membawa dirinya pada arus perubahan eksponensial yang sedang menerpa seantero jagad raya. Meski ancamannya tak lagi samar. Tapi semakin nyata dan menakutkan jika kita tak segera berbuat sesuatu untuk mengantisipasinya.

Masih perlu dan relevan kah semua permusuhan itu?

Jilal Mardhani, 4 Februari 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun