Mohon tunggu...
Muhammad Nurjihadi
Muhammad Nurjihadi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Just a Simple Thinker

Selanjutnya

Tutup

Politik

Membaca Arah Gerakan Sosial Indonesia Masa Depan

15 Juli 2012   04:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:56 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pasca kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Indonesia saat ini memasuki fase ke empat dalam perjalanan sejarahnya. Sebuah era sejarah yang kita sebut sebagai era reformasi. Pada fase (era) ini, otonomi daerah dan kebebasan berkumpul, berekspresi serta mengemukakan pendapat menghiasi hari-hari kita. Ada sebuah fenomena menarik yang ingin saya jelaskan dalam kesempatan ini, yaitu fenomena dominasi gerakan Islam dalam perjalanan kebangsaan kita pada era reformasi ini.

Tumbangnya Soeharto dari kursi presiden pada tahun 1998 menjadi titik tolak kebangkitan gerakan Islam Indonesia yang selama tiga dekade terakhir bergerak dibawah tanah (hidden). Gerakan-gerakan tersembunyi itu menampakkan dirinya secara terbuka dalam berbagai bentuk. Sebagian gerakan dakwah Islam itu kemudian bermetamorfosa menjadi Partai Politik, sebagian lagi bergerak diluar sistem politik Indonesia. Era reformasi benar-benar membuat gerakan Islam Indonesia tumbuh dengan pesat dan memaksa bangsa ini untuk mengakui bahwa kehidupan merdeka yang kita nikmati saat ini adalah buah dari dakwah dan jihad Islam di masa lalu, tanpa mengucilkan peran pihak lain tentunya.

Gerakan Islam pada masa ini telah menyentuh hampir seluruh strata masyarakat. Mulai dari pusat kekuasaan, hingga ke pelosok-pelosok pedesaan. Sebagian pengamat sekuler bahkan menilai fenomena ini menimbulkan geger budaya pada masyarakat Indonesia. Pernyataan itu tidak sepenuhnya salah. 32 tahun dibungkam oleh Soeharto, tentu membuat Islam gerakan terdengar asing di masyarakat awam. Akibatnya, ketika reformasi membuka ruang yang seluas-luasnya untuk siapapun menampakkan dirinya, masyarakat cenderung merasa kaget. Meskipun sebenarnya gerakan Islam semacam itu sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka dan turut pula mengantarkan kemerdekaan Indonesia. Pada beberapa wilayah, kondisi ini kemudian melahirkan konflik horizontal di masyarakat. Teori Chaos yang menurut Woods and Grant dalam Kusmarni (2008) menunjukkan ketidakberaturan, kekacauan, keacakan atau kebetulan, yaitu: gerakan acak tanpa tujuan, kegunaan atau prinsip tertentu bisa menjelaskan fenomena ini. Ketidakberaturan dan kekacauan yang muncul di masyarakat sebagai respon dari hadirnya gerakan Islam secara terang-terangan ditengah-tengah mereka pada dasarnya merupakan sebuah fenomena gerakan acak tanpa tujuan. Sementara itu, gerakan Islam yang membuat ketidakteraturan itu sendiri sesungguhnya memiliki tujuan dan arah yang jelas, yaitu islamisasi masyarakat.

Disinilah letak uniknya gerakan Islam saat ini. Arah dan tujuan yang jelas dari gerakan itu sendiri di satu sisi serta ketidakteraturan dan kekacauan sosial yang terjadi secara acak, tanpa tujuan yang jelas disisi lain. Sejauh ini, respon-respon negatif masyarakat awam terhadap gerakan Islam terjadi secara acak dan tanpa tujuan. Namun secara perlahan, respon-respon negatif itu terus berkurang meski gencarnya upaya pihak-pihak tertentu untuk menyebarkan black campign terhadap gerakan Islam. Faktanya, gerakan Islam saat ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di desa-desa.

Fenomena islamisasi juga terjadi secara massif di kampus-kampus. Gerakan mashasiswa Islam yang secara tegas mengusung ide pembentukan masyarakat Islam berdasarkan syari'ah Islam menjamur hampir diseluruh kampus yang ada di Indonesia. Mulai dari kampus-kampus negeri ternama, hingga kampus-kampus swasta tidak bergengsi. Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Pelajar Islam Indonesia (PII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Lembaga Dakwah Kampus (LDK), Mahasiswa Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) adalah sebagian kecil dari gerakan islamisasi kampus yang massif. Secara kuantitas, jumlah anggota gerakan-gerakan mahasiswa Islam ini jauh lebih besar jika dibanding dengan gerakan-gerakan sekuler ataupun gerakan-gerakan sosialis kiri. Secara pengaruh, gerakan-garakan Islam ini juga relatif memiliki pengaruh yang lebih besar dibanding gerakan lainnya. Salah satu indikator untuk menyimpulkan ini adalah kemampuan gerakan mahasiswa dalam menempatkan kadernya sebagai pimpinan mahasiswa di lembaga-lembaga eksekutif (BEM) maupun legislatif mahasiswa (DPM) di kampus. KAMMI misalnya, organisasi mahasiswa Islam yang dikenal militan ini mengklaim telah menguasai setidaknya 80 % s/d 90 % lembaga eksekutif maupun legislatif mahasiswa di kampus-kampus negeri ternama. Mereka secara rapi memiliki data sebaran kampus yang menjadi basis dan target gerakan mereka.

Memenangkan pengaruh di lingkungan kampus mungkin memang bukanlah suatu prestasi yang besar. Namun satu hal yang pasti dan harus kita ingat adalah bahwa mahasiswa-mahasiswa ini adalah pemimpin bangsa masa depan. Bayangkan jika kampus-kampus ternama (yang selama ini secara defacto menjadi pengatur negara seperti UI, IPB, ITB, UGM) mampu dikuasai dan dijadikan tempat belajar oleh kader-kader Islam militan ini, maka kita sudah bisa membayangkan bagaimana gambaran Indonesia di masa depan. Atas dasar fakta inilah saya mengambil kesimpulan bahwa gerakan sosial Indonesia di masa depan akan mengarah kepada islamisasi Indonesia.

Kesimpulan yang saya ambil itu tentu tidak hanya didasarkan atas analisis terhadap gerakan mahasiswa Islam. Lebih dari itu, fenomena kebangkitan gerakan Islam Indonesia pasca reformasi telah menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Ditingkat penguasa misalnya, secara politik gerakan Islam bisa diwakili oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dikenal militan dan dihuni kader-kader muda terdidik yang solid. Gerakan Islam yang mengakar di masyarakat misalnya diwakili oleh gerakan Jama'ah Tabligh. Sementara gerakan pemikiran dan gagasan khilafah hadir dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Serta masih banyak lagi gerakan-gerakan Islam yang lain. Secara professional (meski tidak terkoordinasi satu sama lain) masing-masing gerakan Islam ini memainkan perannya dengan baik. Semua mengarah pada upaya Islamisasi Indonesia.

Sementara itu, kekuatan idiologi lain sudah mulai tidak mendapatkan kepercayaan dari publik Indonesia. Kapitalis-liberalis misalnya, idiologi yang bersumber dari barat ini sudah banyak kehilangan simpati dari masyarakat yang semakin sadar akan rapuhnya sistem ini. Demikian pula dengan gerakan komunis sosialis yang sudah lama menimbulkan kebencian masyarakat Indonesia, sepertinya gerakan ini tidak mungkin lagi mengambil dominasi politik bangsa, meski peluang itu tetap ada. Selain itu, semakin popular dan berkembangnya sistem ekonomi Islam di Indonesia menjadi indikasi yang kuat pula bahwa masa depan Indonesia adalah Islam. Indonesia saat ini secara perlahan sedang menuju pada era baru, "Era Islamisasi Indonesia". Nampaknya, teori Clash Of Civillization yang dikenalkan Huntington (1993) yang menempatkan Islam sebagai salah satu kekuatan peradaban yang paling berpotensi eksis di masa depan akan terbukti benar, setidak-tidaknya untuk kancah politik lokal Indonesia atau bahkan regional ASEAN.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun