Mohon tunggu...
Jhosef Nanda
Jhosef Nanda Mohon Tunggu... Relawan - Pekerja sosial

Menulis itu kemerdekaan, menjadi humanis itu keharusan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bagaimana Bercita-cita di Era Disrupsi?

10 Februari 2022   13:24 Diperbarui: 11 Februari 2022   06:13 1244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi media cetak koran semakin tak diminati | 

Hal ini membuat anak-anak mudah mengidentifikasikan diri dengan beragam tokoh idolanya masing-masing dengan beragam spesifikasi. Sehingga gambaran tentang masa depannya pun mudah berubah sesuai stimulasi idola yang ia terima dari mana-mana. Cita-cita pun bisa jadi menjadi sering berubah.

Persoalan era sebelumnya mungkin sebatas bagaimana seseorang konsisten memperjuangkan cita-citanya dengan tekad dan kesungguhan. Tapi di era sekarang, tekad kuat dan kesungguhan saja tidak cukup. 

Seseorang dengan mimpinya juga harus bertransformasi. Anda boleh bermimpi, tapi apakah relevan mimpi itu di dunia sekarang dan mendatang? Kemudian yang terpenting bagaimana kita menjadi menusia yang survive meuwujudkan mimpi kita di era disrupsi?

Disrupsi

Beberapa tahun belakangan banyak kajian tentang perubahan besar di era ini. Tentang hal itu, Profesor Rhenald Kasali menulis buku yang menarik berjudul Disruption. 

Disrupsi sendiri sangatlah tepat dalam menggambarkan keadaan sekarang di dalam berbagai bidang kehidupan.

Sekian tahun yang lalu terjadi keributan di beberapa lokasi. Di mana driver ojek konvensional bentrok dengan driver ojek online. Kelompok konvensional mengeluh lantaran pelanggan yang menggunakan jasanya menurun drastis. 


Mereka menilai, hal ini terjadi karena munculnya driver online. Kelompok konvensional tidak terima karena merasa dirugikan dengan munculnya platform ojek online yang dapat diunduh gratis oleh siapa saja.

Walau demikian, bagi masyarakat jasa ojek online dinilai lebih praktis dan efesien. Mereka tidak perlu jauh-jauh datang ke pangkalan ojek konvensional. Hanya dengan menggunakan aplikasi di gadget, masyarakat bisa langsung memilih dan kemudian menghubungi driver ojek online. Tinggal menunggu beberapa menit saja, driver ojek online yang dipilih pun datang menjemput.

 Ilustrasi pengendara ojek online | Sumber: pexels.com
 Ilustrasi pengendara ojek online | Sumber: pexels.com

Lalu bagaimana dengan nasib driver ojek konvensional? Bukankah mereka yang nampak dirugikan dalam contoh kasus ini? Lalu siapa pihak yang salah dalam hal ini?

Demikianlah contoh nyata dari disrupsi. Bahwa kenyataannya ada pekerjaan dan jasa tertentu yang sudah tidak digunakan dan kurang diminati lagi. Banyak pekerjaan yang sudah jarang ditemui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun