Mohon tunggu...
Jhon Rivel Purba
Jhon Rivel Purba Mohon Tunggu... ASN Peneliti di BRIN

Hidup sederhana dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenal Teknologi Tradisional Orang Bajo

29 Juli 2025   19:31 Diperbarui: 31 Juli 2025   10:21 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang nelayan di Kabalutan menunjukkan alat tombak ikan dan teripang (Dokumentasi pribadi, 2021). 

Orang Bajo yang dikenal sebagai orang laut, menggantungkan hidupnya dari hasil penangkapan ikan dan hasil laut lainnya. Sebagai nelayan, mereka masih menggunakan teknologi tradisional sebagai alat tangkap.

Jenis alat tangkap yang digunakan hingga sekarang adalah pancing, tombak, panah, bubu, pukat, dan alat tangkap lainnya. 

1. Alat Pancing

Umumnya orang Bajo menggunakan pancing sebagai alat tangkap ikan dan hasil laut lainnya (suntung, gurita, dan sebagainya). Hampir semua orang Bajo menggunakan alat pancing ikan.

Ikan yang biasanya ditangkap oleh orang Bajo di Teluk Tomini (Sulawesi Tengah) adalah ikan deho, cakalang, baby tuna (pani-pani), lolosi (kambule), dan tude (layah). Musim ikan tuna biasanya terjadi pada bulan tujuh hingga sepuluh.

Untuk memancing ikan baby tuna dan cakalang digunakan mata kail ukuran 17 dan nilon nomor 15.

Alat untuk memancing ikan di Desa Labuan (Dokumen pribadi, 2021).
Alat untuk memancing ikan di Desa Labuan (Dokumen pribadi, 2021).

Untuk memancing ikan lolosi (kambule) digunakan pancing gulungan (kolengan) dengan beberapa mata berjarak satu depa tiap mata pancing (pissi). Nelayan umumnya membuat sendiri gulungan pancing.

Orang Bajo mengetahui tanda-tanda lokasi ikan yang banyak. Dari hasil wawancara saya dengan orang Bajo di Desa Labuan, ada beberapa tanda-tanda:

  • Bila banyak burung beterbangan di laut, maka di lokasi tersebut banyak ikan.
  • Bila banyak lumba-lumba berarti banyak ikan dan cumi. Maka, orang Bajo tidak boleh menangkap ikan lumba-lumba karena lumba-lumba tersebut sebagai pembawa tanda-tanda.
  • Bila ada elang laut artinya banyak ikan cakalang, tude, dan tuna.
  • Bila ada ikan paus berarti menunjukkan tanda-tanda banyak ikan.

Selain memancing ikan, orang Bajo juga memancing suntung dengan alat yang berbeda. Suntung dipancing dengan menggunakan tali nilon dan umpan.

Orang Bajo memancing suntung pada saat bulan terang. Kedalaman air untuk memancing suntung sekitar 12 meter. Kegiatan memancing suntung biasanya dilakukan hingga Pukul 03.00 pagi.

Alat tangkap suntung di Desa Labuan (Dokumen pribadi, 2021).
Alat tangkap suntung di Desa Labuan (Dokumen pribadi, 2021).

Selain itu, orang Bajo juga memancing gurita dengan menggunakan dua jenis alat, yaitu poncong dan gara-gara. Kedua alat ini mirip dengan gurita.

Poncong, alat tangkap gurita di Desa Labuan (Dokumen pribadi, 2021).
Poncong, alat tangkap gurita di Desa Labuan (Dokumen pribadi, 2021).
Poncong dimasukkan ke dalam air dengan kedalaman tertentu, dan ketika gurita memeluknya maka nelayan menariknya pelan-pelan, kemudian ditangkap dengan panah atau pengait.

Gara-gara, alat tangkap gurita di Desa Kabalutan, Tojo Una-una, Sulawesi Tengah (Dokumen pribadi, 2021)
Gara-gara, alat tangkap gurita di Desa Kabalutan, Tojo Una-una, Sulawesi Tengah (Dokumen pribadi, 2021)

Gara-gara digunakan untuk memancing gurita keluar dari bebatuan, kemudian menerkam/memeluk alat tersebut. Setelah gurita mengejar dan memeluk gara-gara, maka gurita terperangkap dan sulit melepaskan diri.

2. Tombak

Selain memancing, orang Bajo juga berburu biota laut lainnya dengan menggunakan sapa atau tombak. Ada dua jenis tombak, yaitu tombak bermata tiga dan bermata satu.

Tombak bermata tiga digunakan untuk menangkap ikan. Sementara tombak bermata satu untuk menangkap teripang, sotong, dan gurita.

Seorang nelayan di Kabalutan menunjukkan alat tombak ikan dan teripang (Dokumentasi pribadi, 2021). 
Seorang nelayan di Kabalutan menunjukkan alat tombak ikan dan teripang (Dokumentasi pribadi, 2021). 

Untuk membuat tombak, digunakan bambu tui (galeh) yang dipasangkan dengan besi tajam (kawo). Tombak biasanya diberi tangkai sebagai pegangan, yang panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan pemiliknya.

Tidak hanya orang dewasa, anak-anak suku Bajo juga sudah terbiasa mengumpulkan hasil laut, terutama teripang, dengan menggunakan tombak.

3. Panah

Orang Bajo memiliki kemahiran dalam berenang, menyelam, dan berburu ikan di kedalaman dasar laut. Mereka mampu menyelam pada kedalaman tertentu tanpa bantuan tabung oksigen.

Meskipun tidak semua memiliki keistimewaan ini, tetapi mereka dimitoskan memiliki kemampuan tersebut. Salah satu cara menangkap ikan saat menyelam adalah memanah (bapana). Bahan pembuatan panah adalah besi, kayu, karet, tali nilon atau senar (tasi).

Alat panah ikan di Kabalutan (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2021).
Alat panah ikan di Kabalutan (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2021).

Panah sangat efektif dalam berburu ikan berukuran besar, tetapi tidak begitu produktif. Akan tetapi, cara ini masih dilakukan hingga saat ini. Meskipun tidak menjanjikan secara ekonomi, tetapi menjadi hiburan bagi para pelakunya.

4. Bubu 

Bubu merupakan teknologi sederhana yang masih digunakan oleh orang Bajo di Sulawesi Tengah. Bubu adalah perangkap ikan yang dibuat dari bambu yang dianyam, dan dipasang dalam air laut. Perangkap ini diberi pemberat dari batu yang ditumpuk batu karang agar tersamarkan.

Bubu ini dipasang di dasar laut pada kedalaman minimal 4 meter. Lokasi tempat memasang bubu berada di sekitar areal terumbu karang, pada dasar laut yang berpasir. Namun belakangan ini, penggunaan bubu sudah mulai berkurang.

5. Pukat

Orang Bajo menggunakan pukat untuk mendorong hasil yang lebih maksimal. Pukat yang digunakan oleh masyarakat Bajo terdiri dari beberapa jenis tergantung ukuran bahannya. Ada pukat kecil dan pukat besar.

Pukat kecil atau pukat pantai yang umumnya digunakan orang Bajo terbuat dari tali nilon atau senar atau tasi dengan ukuran mata jaring yang cukup kecil, kira-kira antara 2,5 cm² – 5 cm². 

Pukat ini biasanya digunakan pada perairan dangkal untuk menangkap jenis ikan yang lebih kecil di atas terumbu karang atau dekat panta. Panjangnya antara 25 m – 100 m, dan lebar mencapai 2,5 m – 5 m.

Selain itu, ada juga pukat benang untuk menangkap ikan bobara. Sementara pukat besar digunakan untuk menangkap ikan berukuran 10 kg.

Penggunaan pukat memungkinkan nelayan mendapatkan hasil ikan yang lebih tinggi daripada penggunaan pancing, tetapi membutuhkan modal yang cukup banyak.

Sebagian nelayan membuat pukat dengan tangan mereka sendiri. Proses pembuatan pukat dilakukan pada saat mereka tidak melaut, karena berbagai alasan.

Seorang perempuan membuat pukat di Desa Labuan (Dokumen pribadi, 2021).
Seorang perempuan membuat pukat di Desa Labuan (Dokumen pribadi, 2021).

Banyak Orang Bajo (laki-laki maupun perempuan) memiliki kemampuan membuat pukat. Hal ini lebih hemat dari pada membeli pukat yang sudah jadi.

Penutup

Orang Bajo masih mempertahankan teknologi tradisional terutama dalam alat tangkap ikan dan hasil laut lainnya. Pemertahanan teknologi tradisional ini bukan hanya untuk mengumpulkan hasil laut, tetapi juga untuk identitas budaya dan pelestarian lingkungan hidup.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun