Ekspansi lahan yang diwujudkan dengan membeli kebun kelapa dan sawah, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan jangka menengah, sedangkan kebun cengkeh dianggap merupakan bentuk investasi jangka panjang.
Pembelian sawah dianggap penting bagi (sebagian) penduduk, karena pernah terjadi bencana kelaparan di Minahasa pada 1940an. Kejadian tersebut bersifat traumatis bagi mereka sehingga memiliki sawah merupakan upaya antisipasi agar tidak menderita saat bencana kelaparan terjadi.
Orang-orang Sonder banyak memiliki lahan cengkeh di daerah lain seperti di daerah Minahasa dan Bolaang Mongodow, Kotamobagu, Gorontalo, dan Tolitoli (Sulawesi Tengah). Hal tersebut karena masa kejayaan cengkeh dimanfaatkan untuk melakukan investasi. Mereka menyadari bahwa tanah di Sonder tidak selamanya cocok untuk tanaman cengkeh.
Kisah (kejayaan) petani cengkeh dari Sonder menjadi pelajaran berharga, bukan hanya untuk petani. Ketekunan, kerja keras, dan pengelolaan keuangan (investasi) yang baik merupakan kunci dalam mencapai kesuksesan.
Daftar Bacaan
https://jelajah.kompas.id/jalur-rempah/baca/romantika-cengkeh-minahasa/
Purba, Jhon Rivel. 2018. Perdagangan Cengkeh di Minahasa Masa Orde Baru. Yogyakarta: Penerbit Amara Books.
Roem Topatimasang, dkk. 2010. Kretek: Kajian Ekonomi dan Budaya 4 Kota. Yogyakarta: Indonesia Berdikari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI