Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Hattrick Deflasi, Sinyal Depresi, dan Waspada Krisis Ekonomi

3 Oktober 2020   22:19 Diperbarui: 5 Oktober 2020   05:18 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hattrick deflasi makin menandakan bahwa daya beli masyarakat lemah selama masa pandemi Covid-19| Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Badan Pusat Statistik (BPS) resmi mengumumkan Indonesia kembali mengalami deflasi sebesar 0.05% pada bulan September tahun 2020. Ini berarti, Indonesia mengalami deflasi selama 3 bulan berturut-turut. 

Dalam sepak bola, istilahnya hattrick goal jika seorang pemain mencetak gol dalam satu pertandingan, atau bisa juga sebutan hattrick trophy disematkan kepada tim yang meraih gelar juara yang sama selama tiga musim berturut-turut.

Hattrick deflasi ini tentu bukanlah prestasi yang patut dibanggakan sebagaimana yang terjadi di sepak bola. Tiga kali deflasi dalam perekonomian suatu negara yang berturut-turut justru menghadirkan sejumlah kekhawatiran, artinya kondisi ekonomi negara tidak sedang dalam keadaan yang baik-baik saja. 

Tentu, dengan demikian tidak ada yang akan selebrasi (merayakan) momentum ini layaknya selebrasi gol/trofi dalam sepakbola apalagi ini merupakan yang terburuk sejak tahun 1999. Artinya, sudah 21 tahun kita tidak pernah mengalami hattrick yang serupa.

Dalam 3 bulan terakhir, Indonesia mencatat angka deflasi sebesar 0.10% pada bulan Juli, disusul 0,05% pada bulan berikutnya dan pada bulan September sebesar 0,05%. Apa tandanya? Daya beli masyarakat semakin melemah akibat rendahnya tingkat permintaan dari masyarakat di tengah pandemi Covid-19.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, terdapat 4 kelompok yang menjadi faktor terbesar penyumbang deflasi itu sendiri yaitu kelompok minuman, makanan, tembakau, dan pakaian. 

Kelompok makanan dan minuman menyumbang deflasi sebesar 0,37% serta tembakau sebesar 0,09%. Beberapa komoditas yang turut memberi kontribusi besar yaitu harga daging ayam ras dan telur ayam ras yang menyumbang sebesar 0,04%.

ilustrasi aktivitas pasar. sumber : tempo
ilustrasi aktivitas pasar. sumber : tempo
Demikian juga dengan harga bawang merah berperan sebesar 0,02%, sayuran, tomat, cabai rawit yang menyumbang sebesar 0,02% terhadap deflasi. Harga daging ayam ras turun di 67 kota IHK (Indeks Harga Konsumen), harga telur ayam ras turun di 79 kota IHK dan bawang merah turun di 75 kota IHK. 

Penurunan terbesar harga telur di Kotabaru bahkan menyentuh angka 26%. Tembakau memberi kontribusi sebesar 0,09%, sektor transportasi sebesar 0.33% dengan andil kepada nilai deflasi sebesar 0,04% dimana kontributor terbesar adalah angkutan udara sebesar 0,04%, penurunan tarif terjadi di 40 kota IHK dengan tarif turun terbesar berada di Tanjung Pinang sebesar 39%.

Pada saat yang sama, hanya beberapa komoditas yang mengalami inflasi, seperti harga minyak goreng yang naik 0.02% dan bawang putih sebesar 0.01%. Banyaknya harga komoditas yang turun dibanding dengan komoditas yang naik mengakibatkan nilai deflasi tidak tertandingi oleh nilai inflasi.

Ketidakpastian Pandemi Covid-19

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun