Mohon tunggu...
Jhon Sitorus
Jhon Sitorus Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Indonesia Maju

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Memaknai Kata Horas, Lebih dari Sekadar Sapaan

16 Desember 2018   17:56 Diperbarui: 17 Desember 2018   07:24 3008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: roosvansia.com

Saat aku berkenalan dengan teman baru di Jakarta ini, biasanya setelah mereka tahu jika aku punya marga, asalku dari Medan, dan klanku dari Batak, biasanya mereka langsung bilang, "Horaassssss". Aku biasanya sambut dengan jawaban, "Horas bah!". 

Aku senang jika banyak orang yang bukan dari suku Batak pada saat kenalan langsung mengucap kata "horas". Ada sebuah supremasi terhadap kata tersebut.

Mengucap kata tersebut bukanlah lelucon, tetapi lebih kepada sebuah spontanitas yang didatangkan dari akal budi yang sehat saat berhadapan dengan orang Batak. Mereka tahu harus mengucap apa saat bertemu dengan orang Batak sebagai usaha agar lebih akrab saat memulai percakapan pribadi.

Bagi mayoritas orang Batak dan orang Indonesia itu sendiri, kata "Horas" itu diidentikkan dengan identitas budaya Batak. Kata "horas" dianggap sebagai sapaan bagi orang Batak. Tak ubahnya dengan sapaan "Selamat Pagi" dalam bahasa Indonesia resmi, "Good Morning" dalam bahasa Inggris, "Assalamualaikum" dalam bahasa Arab, "Sugeng Enjang" dalam bahasa Jawa, dan lain-lain. Anggapan tersebut tidak salah, tetapi tidak sepenuhnya benar jika hanya dianggap sebagai salam sapaan saja.

Hanya ada sedikit yang membingungkan karena semua salam "selamat pagi", "selamat siang", "selamat petang" hingga "selamat malam" dalam bahasa Batak disatukan dalam ucapan "Horas". Jadi, tidak ada terjemahan berdasarkan batas waktu, semuanya diucapkan sama dengan kata "horas".

Ketika bertamu ke rumah orang Batak pada pagi hari, kamu cukup mengucap salam, "Horas", maka akan disambut dengan jawaban "Horas" kembali. Maknanya selamat pagi tanpa harus menambahkan kata "pagi" dibelakang kata "Horas". Begitu juga dengan siang hari atau malam hari, kamu cukup mengucap kata "Horas" saja. Secara otomatis maknanya akan disesuaikan dengan waktu saat itu. Dengan demikian, frasa ini tidak mengenal batas waktu sebagaimana batas waktu dalam ucapan "selamat pagi".

Lebih dari Sekadar Sapaan

Kata yang sedemikian familiar ini sebenarnya memiliki arti yang sangat banyak dan majemuk dan situasional tergantung moment atau saat dimana kamu mengucap kata ini. Ada kala saat berada di acara adat formal maupun semi formal, orang tua Batak selalu bilang, "Sai Horas-horas ma ho amang da!", yang artinya "semoga kamu sehat-sehat terus yang anakku!". Makna yang terasa menyentuh hati. 

Makna kata "horas" disini sudah berubah menjadi harapa agar selalu "sehat" sediakala dan "selamat sampai tujuan". Sebuah harapan tulus dari yang mengucapkan. Biasanya ini diucapkan saat acara adat, perpisahan, atau acara menyambut sebuah anggota keluarga baru (mantu atau anak yang baru lahir).

Pada lain situasi, kata horas juga bisa diucapkan untuk harapan kebahagiaan. Misalnya, "Sai Horas Maho dohot Sidoli tinodo ni rohami", yang artinya "semoga bahagia bersama dia pujaan hati kamu". Makna "Horas" disini disesuaikan menjadi harapan agar selalu hidup bahagia bersama dengan pasangannya.

Ada kala dalam situasi setelah mengalami pertikaian, kata horas juga menjadi penengah diantara pihak yang bertikai. " Sai horas ma dihita sude saluhutna" yang artinya semoga damai bersama kita semuanya. Maknanya disesuaikan menjadi harapan damai kepada seluruh orang/kelompok yang sedang berkumpul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun