Rupanya pembatik -pembatik Kuansing sudah diajarkan sebuah integritas menghargai hak cipta orang lain, yang dikoordinir langsung oleh Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi melalui Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah, Perdangan dan Perindustrian Kuansing.
Naluri saya sebagai seorang jurnalis semakin menggelitik, tak puas rasanya bila informasi dari Triani yang menyatakan geliat Permintaan batik kuansing semakin meningkat sejak ada kebijakan bupati Andi Putra, seperti apakah Kebijakan Andi Putra memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya ( Pembatik Kuansing, red ).
Pikiran ku semakin meracau, sejak kapan sih batik Kuansing ini ada, dan bagaimana pembatik ini faham cara membuat batik tulis ini?? Piker ku.
Pada hari yang berbeda saya mencoba mendatangi Kantor Dinas Diskopdagrin Kabupaten Kuantan Singingi untuk menjumpai Pak Azhar kepala Dinasnya. Memang sebelum kekantor saya sudah buat janji pertemuan dengan Kepala Dinas Diskopdagrin tersebut.
Karena hubungan saya dengan pak Azhar cukup baik sebagai pencari berita dan pejabat publik, sehingga janji ketemuan disepakati.
Sesampai di Kantor tersebut saya di sambut staf Azhar dan memberi tahu Pimpinannya bahwa ada tamu, lalu Pak Azhar mempersilakan saya masuk keruangan kerjanya.
"Assalamualaikum..! ucap ku, karena kami sudah biasa bersilahturahmi saya juga tidak merasa canggung masuk keruangan pejabat tersebut.
Dengan ramah Azhar menjawab, waalaikumsalam dindaa...! Jawabnya, ucapan kosa kata dinda dari mulut Azhar sudah biasa setiap berkomunikasi dengan saya jauh sebelumnya.
Apa kabar pak..! ulas ku, " Alhamdulilah baik, meski begitu kita selalu tetap waspada saat ini iklim Kuansing terasa lebih panas dari biasanya", tuturnya.
Meskipun kami hanya berdua saja di ruangan tersebut kami tetap memberlakukan protocol Kesehatan, maklum suasana masih Pandemi Covid -19.
Sebenarnya maksud kedatangan saya sudah diketahui oleh beliau, namun Azhar tetap mengedepankan etika komunikasi. " Apa yang bisa saya bantu dinda..? tanya Azhar untuk memulai obrolan kami.