Mohon tunggu...
Jihan Mawaddah
Jihan Mawaddah Mohon Tunggu... Knowledge seeker

Halo, saya Jihan. Lifestyle blogger yang sedang belajar banyak hal. Yuk saling bertukar pengalaman lewat tulisan. Baca tulisan saya lainnya di www.jeyjingga.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Berdamai dengan Masa Lalu di Acara Book Tour dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ

9 Juni 2025   20:04 Diperbarui: 9 Juni 2025   20:03 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book Tour bersama dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ di Gramedia Kayu Tangan, Malang (sumber : Tim Gramedia Kayu Tangan Malang)

Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring adalah salah satu buku yang saya "tinggalkan" di tahun 2024. Setelah membaca setengah dari seluruh isi buku tersebut saya menutupnya sambil menghela nafas panjang. Sambil memikirkan betapa beratnya hidup yang dilalui oleh Ayah saya yang kehilangan Bapaknya di usia muda, juga ketika beliau menjadi yatim piatu di usianya yang ke-40 tahun.

Lebih dekat lagi saya membayangkan saat itu bagaimana kehidupan sahabat saya yang sedang kehilangan Ibunya beberapa hari sebelum saya membeli buku tersebut. Rasanya sangat berat dan seakan isi kepala saya berubah menjadi ketakutan-ketakutan terhadap kematian atau ditinggalkan oleh orang yang disayang. Akhirnya saya memutuskan tidak melanjutkan buku tersebut untuk sementara waktu.

Namun, ketika tahun ini akhirnya dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ sebagai penulisnya singgah ke Kota Malang dalam rangkaian Book Tournya saya segera melingkari kalender, meminta izin pada suami untuk menjaga anak ketika saya pergi di tanggal itu, di Hari Minggu siang menjelang sore yang cerah.

Rangkaian acara book tour siang itu berlangsung tepat waktu, sehingga saya yang terlambat 5 menit ditambah 3 menit untuk membeli buku Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya yang akan dibahas siang itu harus puas dengan tempat duduk di belakang, mepet dengan rak buku dan agak "menjejalkan diri" di tengah ratusan orang yang hadir kala.

Hadir sebagai salah satu perwakilan dari club buku Payung Literasi Malang, saya mulai berbaur dan mencoba mendengarkan apa yang sudah dimulai oleh moderator. Pembahasan pertama dimulai dengan kenapa diberi judul Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya. Jika dibaca oleh anak pertanian, tidak ada yang namanya pohon semangka, karena sesungguhnya semangka tidak punya pohon.

Namun karena judul tersebut sudah terlanjur ada dan sudah masuk ke proses editing yang tidak bisa diubah lagi judulnya, selain itu juga tidak pula ditemukan padanan kata yang pas untuk menggambarkan keinginan sang penulis, jadilah pohon semangka tetap menjadi judul yang menurut saya justru lebih mudah diingat. Daripada kita menggunakan kata perdu semangka kan? 

Yang menarik dari Book Tour kali ini adalah bahasan bab 2 dan bab 3 dari buku yang sudah masuk cetakan keenam bulan Mei 2025 kemarin. 

Bab 2 membahas tentang Manusia dan Narasinya. Dokter Andreas bercerita bahwa dulu ia adalah orang yang pelupa. Hal tersebut diucapkan oleh Mamanya, setiap kali ada tamu dan Mama memperkenalkan anak kesayangannya tersebut pada tamu, beliau tidak akan lupa membahas betapa pelupanya Andreas kecil kala itu. Karena terus menerus didengar, secara tidak langsung dr. Andreas pun merasa bahwa dirinya memang pelupa dan seperti itulah ia. 

Namun ia mulai meninggalkan kebiasaannya tersebut setelah masuk kuliah dan belajar tentang ilmu kejiwaan manusia. Juga lingkungan di sekitarnya, khususnya teman-temannya yang memberi dukungan serta pelajaran agar "pelupa" seharusnya tidak boleh menjadi identitasnya.

Sebegitu kuatnya narasi manusia yang dapat memengaruhi identitas kita. Seharusnya apa yang orang katakan tentang diri kita tidak serta menjadikan kita seperti itu selamanya. Oleh karena itu perlu menjaga jarak dengan narasi yang muncul dari orang lain. Agar kita pun tidak kehilangan identitas yang sesungguhnya dari diri kita.

Apalagi di tengah gempuran media sosial yang sebegitu berpengaruhnya dalam kehidupan kita saat ini. Sebaiknya memang apa yang kita lihat, baca dan dengar dari media sosial tidak akan mampu memengaruhi kehidupan kita. Kalau kata dokter Andreas; in social media we can show the best and lets hide the rest. 

Orang tidak perlu tahu segala hal tentang diri kita, apalagi luka, penderitaan dan yang semisalnya. Cukup berikan apa yang kita butuhkan untuk bisa dimanfaatkan di sosial media. Begitu pun ketika kita melihat postingan orang lain, dengan perasaan bahwa kita tahu orang-orang akan menampilkan versi "terbaik"nya maka tidak akan timbul rasa iri bahkan dengki. Kita akan merasa cukup dengan kebahagiaan yang kita miliki sekarang.

Bagaimana dengan Bab 3? Bab 3 dokter Andreas membahas tentang "Menjadi Jahat di Cerita Orang Lain." 

Siapakah di sini yang tidak pernah menjadi jahat di cerita orang lain? Seisi ruangan tidak ada yang unjuk tangan, karena memang begitulah manusia dengan perasaannya. Tidak ada yang sempurna, sehingga semua pernah "jahat" di mata orang lain meskipun kita tidak menyadarinya.

Manusia juga bukanlah makhluk yang kebal terhadap luka apapun, termasuk luka batin. Sehingga kita pun juga harus mampu berdamai dengan luka tersebut apapun kondisinya. Hal yang paling mengena dalam hati saya sore itu dari ucapan dr. Andreas adalah :

Selagi senang, rayakanlah. Tapi kita juga harus tahu bahwa kesenangan itu ada masanya. Begitu pun dengan kesedihan, tidak akan berlangsung selamanya.

Dalam perang ada yang namanya battle scar, tapi mereka bangga dengan itu. Karena itu tandanya mereka pernah berjuang. Begitu pun dengan hidup kita yang tidak sempurna. Tidak apa-apa, bahkan dengan ketidaksempurnaan itu hidup kita indah kok.

Buku dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ (sumber : dok.pribadi)
Buku dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ (sumber : dok.pribadi)

Ikut book tour kali ini sungguh menguatkan perasaan kita yang sedang tidak baik-baik saja. Memberikan harapan pada siapa saja yang seolah ingin segera berhenti untuk berharap. Memberikan pelita bahwa semua orang melalui hal buruk, dan itu tidak akan berlangsung selamanya.

Yang kita butuhkan adalah terus menjalani hari ini dengan bahagia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun