Mohon tunggu...
jesslynptrmrll
jesslynptrmrll Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar/Mahasiswa

Mahasiswa dari Universitas Negeri Jakarta Jurusan Pendidikan Sosiologi angkatan 23

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membongkar Akar Tawuran: Mencari Solusi dari Perspektif Problematika Organisasi dan Konflik Sosial

30 Maret 2024   21:49 Diperbarui: 30 Maret 2024   22:03 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Organisasi, seperti mesin yang kompleks, memiliki banyak bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama. Namun, seperti mesin yang terganggu oleh gesekan antar bagian, organisasi juga bisa mengalami masalah yang serius. Salah satu masalah tersebut adalah konflik sosial antar anggota. Konflik ini bisa menjadi ancaman serius yang dapat menghambat produktivitas dan kemajuan organisasi.

Perbedaan latar belakang, nilai, dan tujuan antar anggota bisa menjadi batuan pemecah yang longgar. Ini bisa memicu perselisihan yang tidak perlu dan merugikan bagi organisasi. Salah satu contoh konflik yang merugikan adalah tawuran. Tawuran bisa merusak tidak hanya nyawa, tapi juga nama baik organisasi. Tawuran ini tidak hanya disebabkan oleh faktor individu, tapi juga dipengaruhi oleh disfungsi organisasi. Pimpinan yang lemah, kurangnya komunikasi, dan kesenjangan sosial ekonomi menjadi bahan bakar yang menyulut api permusuhan.

Selain itu, stigma negatif dan lingkungan yang penuh kekerasan juga memperparah keadaan. Tawuran menjadi bukti ketidakmampuan organisasi dalam mengelola anggotanya. Untuk mencegah hal ini, organisasi perlu membangun sistem yang kuat. Pimpinan yang tegas, struktur organisasi yang jelas, dan komunikasi yang terbuka menjadi pondasi yang kokoh.

Jika konflik terlanjur terjadi, mediasi dan sanksi yang tegas bisa menjadi solusinya. Konseling dan terapi juga diperlukan untuk membantu pemulihan mental anggota yang terlibat. Masyarakat pun memiliki peran penting. Keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar harus bekerjasama dalam memberikan bimbingan yang baik bagi para remaja.

Konflik sosial ibarat penyakit menahun yang membutuhkan penanganan berkelanjutan. Kerja sama antara organisasi dan masyarakat menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan bebas dari konflik. Dengan demikian, organisasi dapat mencapai tujuan bersama tanpa terganggu oleh gangguan internal.

Problematika Internal

1. Kepemimpinan yang Lemah

  • Visi dan Misi yang Buram, pemimpin yang tak mampu menentukan arah pasti membuat anggotanya bingung dan frustasi. Akibatnya, bisa terjadi perebutan kekuasaan dan muncuknya konflik antar anggota.
  • Minim Semangat dan Teladan, pemimpin yang tak bisa memotivasi dan memberi teladan membuat anggota kurang peduli dan tak mau bekerja sama untuk menggapai tujuan bersama. Akibatnya, anggota menjadi apatis.
  • Gampang Bimbang Saat Ambil Keputusan, pemimpin yang tak tegas sering ragu dan bimbang saat mengambil keputusan. Hal ini bisa menimbulkan kebingunan dan ketidakpastian di antara anggota, dan berujung pada konflik.

2. Struktur Organisasi yang Semrawut

  • Tugas dan Tanggung Jawab yang Abu-abu, jika peran dan tanggung jawab angota tak jelas, bisa terjadi timpang tindih pekerjaan dan salah paham. Ini bisa memancing perselisihan dan gesekan antar anggota.
  • Minim Koordinasi dan Integritas, Struktur organisasi yang tak jelas membuat koordinasi dan integritas antar bagian organisasi jadi sulit. Dampaknya, inefisiensi dan konflik antar departemen bisa terjadi.
  • Proses Keputusan yang Berbelit, struktur organisasi yang tak jelas bisa berakibat pada proses pengambilan keputusan yang berbelit dan memakan waktu lama. Ini bisa menimbulkan frustasi dan kekecewaan di anatar anggota.

3. Jurang Sosial dan Ekonomi

  • Perbedaan Kasta Sosial, ketika ada jurang status sosial yang mencolok antar anggota, bisa muncul rasa iri dan dendam. Hal ini bisa memicu konflik antar anggota kelas dan kelompok.
  • Ketimpangan Pendapatan, jika ada kesenjangan pendapatan yang besar antar anggota, bisa muncul ketegangan dan ketidakpuasan. Ini bisa memicu tuntutan dan protes dari anggota yang berpenghasilan rendah.
  • Kurangnya Kesempatan Setara, jika anggota merasa tak memiliki kesempatan yang sama untuk maju dalam organisasi, bisa muncul rasa frustasi dan kemarahan. Hal ini memicu konflik dan perpecahan.

4. Komunikasi dan Dialog yang Tersendat

  • Sulit Mendengar dan Memahami, jika anggota tak mampu saling mendengarkan dan memahami, bisa terjadi kesalahpahaman dan informasi yang keliru. Ini bisa memicu konflik dan perselisihan.
  • Saluran Komunikasi yang Kurang Efektif, ketika organisasi tak memiliki saluran komunikasi yang efektif, bisa terjadi hambatan dalam komunikasi dan penyebaran informasi. Hal ini bisa menyebabkan rumor dan spekulasi yang memicu konflik.
  • Tak Mampu Selesaikan Konflik Secara Baik, jika anggota tak bisa menyelesaikan konflik secara konstruktif,konflik bisa membesar dan merusak hubungan

Problematika Internal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun