Mohon tunggu...
Jessica Geofani
Jessica Geofani Mohon Tunggu... Guru - 老师, 学生

Mahasiswa PJJ Komunikasi - Universitas Siber Asia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Kultivasi: Dampak Berita Covid-19 dan PPKM Level 3 saat Nataru

27 November 2021   12:13 Diperbarui: 27 November 2021   12:50 3717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teori Kultivasi : Dampak berita COVID-19 dan PPKM level 3 saat Nataru bagi masyarakat.

(Jessica Geofani | 200501072144)

 

Teori Kultivasi

Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Profesor George Gebner ketika ia menjadi Dekan Annenberg School of Communication di Universitas Pennsylvania Amerika Serikat (AS). Gebner menulis "Living with Televison: The Violenceprofile, Journal of Communication"  tulisan pertamanya ini untuk mengenalkan teori ini karena pada awal ia melakukan penelitian tentang "Indikator Budaya" di pertengahan tahun 60-an untuk mempelajari bagaimana pengaruh meonton televisi, ia ingin mengetahui dunia nyata seperti apa yang dibayangkan dan dipersepsikan oleh penonton televisi (Nurudin, 2014: 167).

Teori Kultivasi (Cultivation Theory) merupakan salah satu teori komunikasi massa yang mencoba menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi atau dalam hal ini adalah televisi dengan tindak kekerasan,akan tetapi bukan hanya kekerasan saja yang dibahas tetapi juga untuk konten-konten lainnya seperti konten konsumtif, sinetron, berita dan lain-lain. Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa "dunia itu menakutkan". Lebih-lebih televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang dimana informasi yang disajikan bisa menjangkau massa dalam skala yang luas. Itulah yang menyebabkan segelintir orang mengatakan hal yang demikian tentang kehidupan di dunia ini.

Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan dan memperkuat ide-ide dan nilai-nilai yang telah terbentuk sebelumnya di dalam masyarakat atau budaya yang telah terbentuk. Media mempertahankan dan menyebarluaskan nilai-nilai tersebut diantara anggota-anggota kebudayaan tersebut, dan mengikatnya menjadi sebuah kesatuan.  Gerbner menyebutnya sebagai efek "mainstreaming" atau efek yang tendensius.

Dalam konsep teori kultivasi mencerminkan adanya kategorisasi audiens kedalam dua jenis penikmat televisi, yakni "penonton berat/pecandu televisi" dan "penonton ringan". Pecandu berat televisi (heavy viewers) adalah orang yang menghabiskan banyak waktunya untuk menonton televisi atau bisa disebut pecandu berat televisi yang seakan-akan dia lebih terpengaruh atau lebih percaya kepada realitas yang dibentuk oleh media dibandingkan dengan kepercayaannya terhadap realitas yang dia alami sendiri secara langsung, sedangkan penonton ringan (light viewers) adalah orang-orang yang menonton televisi hanya beberapa jam dalam satu hari. Kelompok penonton yang termasuk kategori ringan, umumnya memiliki akses media yang lebih luas, sehingga sumber informasi mereka menjadi lebih variatif.

Studi Kasus

Hampir dua tahun pandemi COVID -- 19 melanda Indonesia dan secara global.  Selama dua tahun ini juga berita tentang COVID-19 tidak henti-hentinya diberitakan oleh media televisi, baik berita tentang kenaikan kasus, penurunan kasus, vaksin, kematian dan lain-lain. Diera pandemi ini peran media televisi sangan penting karena selain memberitakan berita terbaru namun juga dapat mengedukasi masyarakat tentang bahayanya virus tersebut. Pemerintah Indonesia juga sudah mengupayakan berbagai cara untuk menekannya laju persebaran virus corona tersebut. Salah satunya adalah dengan menerapkan PPKM level 3 pada saat Natal dan Tahun baru untuk semua daerah dan berita tentang kenaikan COVID -- 19 yang terus menerus naik pada beberapa hari belakangan. Seperti yang diberitakan oleh Metro TV pada tanggal 23 November-27 Novermber 2021, demi menekan laju penularan COVID-19 pemerintah mengatur agar pada tanggal 24 Desember -- 3 Januari di berlakukan PPKM untuk semua daerah karena pada saat liburan kemungkinan kelonjakan kasus kembali menjadi lebih tinggi.

Analisis Teori Kultivasi 

Di dalam teori kultivasi terdapat dua istilah yaitu heavy viewers dan light viewers yang membagi penonton menjadi dua kelompok yang mempresepsikan dan menginterpretasi pesan yang diperoleh dari berita yang disampaikan televisi dalam kehidupan nyata. Pada penonton yang heavy viewers saat menonton berita PPKM dan kenaikan kasus COVID -- 19 adalah:

  • Takut untuk keluar rumah.

Berita kasus COVID-19 yang ditayangkan setiap hari dan selalu aktual lalu menampilkan berita kenaikan dan kematian secara tidak langsung mempengaruhi penonton heavy viewers pada kehidupan sehari-harinya. Apalagi mendengar berita beberapa hari belakangan ini kasus COVID-19 mulai naik kembali dan berita PPKM level 3 untuk Nataru membuat penonton heavy viewers merasakan takut untuk keluar rumah dan menjalankan aktivitas karena menganggap jika keluar rumah maka akan rentan terinfeksi virus corona.

  • Pembatalan rencana liburan

Libur natal dan tahun baru adalah hari yang dinanti-nantikan oleh pegawai yang sepanjang tahun lelah bekerja dan ingin beristirahat sejenak dari penatnya pekerjaan, namun dengan adanya berita PPKM level 3 untuk libur natal dan tahun baru yang setiap hari selalu ditayangkan melalui media televisi membuat banyaknya orang membatalkan liburan tersebut dan memilih jalan-jalan didalam kota saja karena mungkin tidak mau ribet dengan aturan-aturan yang mungkin akan berubah jika diberlakukan PPKM pada tanggal tersebut.

Kesimpulan

Dari Teori Kultivasi ini kita dapat melihat bahwa berita yang disampaikan televisi secara terus-menerus  dan berulang-ulang dapat mempengaruhi penonton heavy viewers. Bagi penonton light viewers akan menganggap PPKM level 3 sudah biasa karena seperti yang kita ketahui bersama pernah mencapai PPKM level 4 sehingga mereka akan tetap menjalankan kegiatan atau aktivitasnya seperti biasa dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan anjuran atau berkaitan dengan ketentuan prokes yang telah berlaku sesuai dengan undang-undang. Jadi pada teori ini menyimpulkan bahwa intensitas berita yang masuk sangat berpengaruh terhadap seseorang sehingga wajar jika berita covid dan ppkm ini ditanggapi berbeda oleh setiap individu.

Referensi:

https://ejournal.iaiskjmalang.ac.id/index.php/ittishol/article/view/114

https://investasi.kontan.co.id/news/dampak-penerapan-ppkm-level-iii-akhir-tahun-diprediksi-tidak-signifikan-ke-emiten

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun