Mohon tunggu...
jesika Isabela samiki
jesika Isabela samiki Mohon Tunggu... Mahasiswa

mendengarkan musik,

Selanjutnya

Tutup

Hobby

'' Mendaki Gunung, Menemukan Diri Sendiri di Setiap Langkah''

22 Juli 2025   09:22 Diperbarui: 22 Juli 2025   09:22 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Mendaki Gunung, Menemukan Diri Sendiri di Setiap Langkah"  (pixabay)

Ada sesuatu yang tak mudah dijelaskan saat kaki mulai menapaki jalur pendakian. Suara angin yang menggesek dedaunan, aroma tanah basah setelah hujan, dan hawa dingin yang menusuk perlahan semuanya menciptakan ruang sunyi yang justru penuh makna.

Gunung tidak hanya menyuguhkan keindahan alam, tetapi juga mengajak manusia berdialog dengan dirinya sendiri.Bagi sebagian orang, mendaki mungkin hanya sekadar hobi atau pelarian dari rutinitas. Tapi lebih dari itu, jalur menuju puncak sering kali menjadi perjalanan batin.

 Setiap langkah menanjak menjadi pengingat akan proses hidup yang tak selalu mudah. Kadang terjal, licin, bahkan menyesakkan. Namun justru di situlah letak pelajarannya: bahwa kekuatan bukan hanya soal otot, tetapi juga tentang ketangguhan hati.

Di sepanjang pendakian, tubuh akan lelah, napas akan tersengal, dan ransel terasa makin berat. Tapi di balik rasa lelah itu, ada momen kontemplatif yang dalam.

Pikiran mulai menyaring hal-hal penting dalam hidup, dan hati perlahan terbuka untuk menerima bahwa kebahagiaan seringkali hadir dalam kesederhanaan: udara segar, langkah stabil, dan detak jantung yang seirama dengan alam.

Gunung juga mengajarkan banyak hal. Tentang kesabaran, karena tak semua jalur bisa dilalui dengan cepat. Tentang kerendahan hati, karena alam tak bisa ditaklukkan begitu saja.

Tentang kebersamaan, karena setiap rekan seperjalanan adalah bagian dari cerita yang akan selalu diingat. Dan yang paling penting, tentang keberanian untuk terus melangkah, meskipun tak selalu tahu apa yang menanti di depan.

Saat akhirnya sampai di puncak, bukan hanya pemandangan yang memukau yang menyambut, tapi juga rasa lega dan haru yang membuncah. Bukan karena telah berhasil mengalahkan gunung, tapi karena berhasil menenangkan batin yang selama ini gelisah.

Mendaki gunung sejatinya adalah perjalanan pulang ke dalam diri. Sebuah proses menemukan versi terbaik dari manusia yang terus belajar, belajar untuk kuat, untuk tenang, dan untuk tetap melangkah, apapun kondisinya. Dan dalam setiap langkah itu, ada potongan-potongan kecil dari diri yang kembali utuh. 

Di antara pohon-pohon tinggi dan batu-batu besar, terbit pula kesadaran bahwa alam tak pernah meminta apa-apa, tetapi memberi begitu banyak. Memberi ruang untuk berpikir jernih, memberi waktu untuk diam sejenak, dan memberi pengalaman yang tak bisa dibeli dengan apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun