Malang - Selama tiga bulan, dua orang mahasiswi dari Universitas Airlangga program studi Teknologi Radiologi Pencitraan menjalani program magang di Instalasi Radioterapi Rumah Sakit IHC Lavalette, Kota Malang. Magang yang berlangsung sejak Maret hingga Juni 2025 ini menjadi pengalaman langsung bagi keduanya untuk mengenal lebih dekat dunia kerja profesional dalam pelayanan onkologi radiasi.
Selama menjalani program magang, Intan Mordova dan Jesica Banjarnahor aktif belajar alur pelayanan pasien kanker, proses pendaftaran, persiapan tindakan, hingga pelaksanaan penyinaran. Tidak hanya teknologi yang mereka pelajari, tetapi juga bagaimana tenaga medis menerapkan etika komunikasi, menjaga privasi pasien, dan menunjukkan profesionalisme kerja yang tinggi.
"Kami jadi lebih memahami bahwa kerja di rumah sakit bukan sekadar soal alat canggih, tapi juga soal sikap dan tanggung jawab. Pasien itu bukan objek, mereka harus dihormati," ujar salah satu mahasiswi.
Teknologi Mutakhir & Pendekatan Manusiawi
Di instalasi ini, mereka diperkenalkan dengan dua metode utama terapi radiasi, yaitu brakiterapi dan  Linear Accelerator (LINAC).
Untuk pasien brakiterapi, sebelum pemasangan aplikator dilakukan, pasien terlebih dahulu diperiksa menggunakan alat C-Arm, yakni alat pencitraan real-time yang membantu tenaga medis memastikan posisi aplikator tepat di dalam tubuh. Prosedur ini dilakukan dalam ruangan khusus dengan tingkat sterilisasi tinggi, dan hanya ditangani oleh petugas yang berwenang.
Sedangkan pada terapi eksternal menggunakan LINAC, sebelumnya pasien harus menjalani proses CT Simulator (CT Sim). CT Sim ini berfungsi untuk memetakan lokasi tumor secara detail sehingga penyinaran bisa dilakukan dengan akurat sesuai perencanaan. Mahasiswi diberi kesempatan untuk menyaksikan proses tersebut dan mengikuti diskusi bersama fisikawan medis mengenai pentingnya presisi dalam perhitungan dosis yang akan dilakukan di Treatment Planning System (TPS). LINAC adalah perangkat medis canggih yang menjadi tulang punggung dalam pelayanan radioterapi eksternal modern. Alat ini dirancang khusus untuk menghasilkan berkas radiasi energi tinggi, seperti sinar-X atau elektron, yang kemudian diarahkan secara tepat ke area tumor pada tubuh pasien.
Belajar Etika Langsung di Lapangan
Keduanya juga mencermati betapa pentingnya etika komunikasi dalam pelayanan pasien kanker. Tenaga medis di instalasi radioterapi selalu menyampaikan informasi dengan tenang, tidak terburu-buru, dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa cemas pasien terhadap prosedur yang akan dijalani.
Selain itu, mereka juga mencatat bagaimana petugas menjaga kerahasiaan data pasien, menghormati batasan pribadi saat tindakan, dan tetap sabar dalam menghadapi kondisi emosional pasien. Hal-hal kecil seperti memberi salam, menyapa dengan senyum, dan menjelaskan prosedur langkah demi langkah menjadi nilai yang sangat mereka hargai.