Tidak semua yang terlihat adalah segalanya. Ada dimensi lain yang bekerja diam-diam, tetapi justru menentukan arah hidup manusia.
Hidup manusia sering kali digambarkan dalam batas yang nyata dan terukur. Kita tumbuh dalam dunia yang penuh angka: nilai rapor, gaji, peringkat, atau pencapaian yang bisa diperlihatkan kepada orang lain. Semua itu adalah wajah kehidupan yang kasatmata, dunia sekala. Namun, apakah kehidupan hanya berhenti di sana?
Dalam tradisi Nusantara, terdapat konsep lain yang lebih halus, niskala. Kata ini berasal dari bahasa Sanskerta dan merujuk pada sesuatu yang tak berwujud, tak terlihat, dan tak terjangkau oleh pancaindra. Ia bukan sekadar istilah mistis, melainkan cara pandang yang mengingatkan manusia bahwa tidak semua hal bisa diukur dengan mata atau logika, bahkan dengan kecanggihan teknologi modern sekalipun.
Dalam kebudayaan Bali, kehidupan dipercaya berjalan seimbang antara sekala (yang nyata) dan niskala (yang tak kasatmata). Upacara adat, misalnya, bukan hanya perayaan lahiriah, tetapi juga komunikasi dengan ranah niskala, sebuah dunia yang diyakini memberi keseimbangan dan kekuatan. Dari praktik inilah kita belajar bahwa hidup tidak semata ditentukan oleh kerja keras yang tampak, tetapi juga oleh daya tak kasatmata yang menyertainya dan sering kali justru lebih menentukan.
Niskala Modern
Bayangkan seorang pelajar yang tengah menghadapi ujian. Di sekala, ia terlihat belajar hingga larut malam, membuka buku, dan menghafal rumus. Namun, di niskala, ada doa orang tua yang lirih, ada keyakinan batin yang menenangkan, ada harapan sahabat yang memberi semangat. Semua itu tidak tercatat dalam lembar nilai, tetapi justru menjadi fondasi keberhasilan yang sesungguhnya.
Seorang dokter mengandalkan ilmu medis, tetapi kata-kata penguatan, empati, dan doa dari keluarga pasien sering kali menjadi bagian dari niskala yang mempercepat kesembuhan. Begitu pula dalam dunia kerja, keterampilan teknis memang penting, tetapi dukungan moral, rasa percaya, dan solidaritas tim sering kali menjadi faktor tersembunyi yang menentukan keberhasilan bersama. Justru dalam ruang tak kasatmata inilah manusia menemukan energi kolektif yang menguatkan.
Niskala bahkan hadir dalam hal-hal sederhana. Senyum tulus dari orang asing yang membuat hati hangat, pelukan yang memberi rasa aman, atau doa yang dipanjatkan diam-diam. Semua itu tidak tercatat dalam data, tetapi nyata dalam dampaknya yang kadang lebih dalam daripada sekadar angka di atas kertas.
Semua itu tidak tercatat dalam data, tetapi nyata dalam dampaknya yang kadang lebih dalam daripada sekadar angka di atas kertas.
Selain menopang kehidupan, niskala juga hadir sebagai sumber inspirasi. Seniman, penyair, dan penulis kerap menemukan ide dari hal-hal yang tak kasatmata. Langit malam yang hening, hembusan angin yang lembut, atau cahaya bintang yang jauh namun memberi arah. Semua itu adalah simbol niskala, hadir sebagai misteri yang tak bisa sepenuhnya dijelaskan, tetapi selalu bisa dirasakan oleh hati yang peka.