Saya tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari saya akan berjalan mengelilingi Gunung Kailash(Mt.Kailash Kora Pilgrimage) — gunung suci yang dipercaya sebagai poros dunia oleh umat Hindu, Buddha, Jain, dan Bon. Tapi itulah yang saya lakukan: sebuah ziarah sejati, bukan hanya secara fisik, tapi juga batin.
Perjalanan dimulai dari Lhasa, Tibet, tempat saya menghabiskan beberapa hari untuk menyesuaikan diri dengan ketinggian. Setelah itu, kami menuju Darchen — titik awal untuk kora, yaitu ritual mengelilingi Kailash sepanjang sekitar 52 kilometer.
Hari pertama, saya merasa penuh semangat. Melihat Gunung Kailash dari dekat terasa seperti mimpi. Umat dari berbagai latar belakang berjalan bersama saya, berdoa, membawa bendera doa, dan membisikkan mantra di sepanjang jalan.
Hari kedua adalah yang paling menantang — kami melewati Drolma-la Pass, lebih dari 5.600 meter di atas permukaan laut. Udara tipis, suhu dingin, dan jalan berbatu menguji ketahanan saya. Tapi ketika saya sampai di puncak, ada sesuatu yang berubah dalam diri saya. Saya menangis, bukan karena lelah, tapi karena terharu. Rasanya seperti semua beban hati saya terangkat di bawah langit Himalaya.
Hari ketiga, saya berjalan lebih pelan, menikmati setiap langkah. Di tengah keheningan pegunungan, saya bisa mendengar suara hati saya sendiri.
Ziarah ini bukan hanya tentang mencapai tujuan, tapi tentang menemukan diri sendiri dalam prosesnya. Saya kembali membawa tubuh yang lelah, tapi jiwa yang terasa lebih ringan.
Jika kamu mencari perjalanan yang bisa mengubah cara pandangmu terhadap kehidupan — Kailash adalah jawabannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI