Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tidak hanya diterapkan di lingkungan industri, tetapi juga penting bagi rumah tangga. Sebagai tempat utama aktivitas sehari-hari, rumah memiliki berbagai potensi bahaya yang dapat mengancam keselamatan penghuninya. Oleh karena itu, penulis yang merupakan mahasiswi Universitas Diponegoro (UNDIP) dan sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tim 1 Tahun 2025 di Desa Toriyo, dari Program Studi Manajemen dan Administrasi Logistik, Sekolah Vokasi, mengadakan program sharing knowledge tentang pentingnya penerapan K3 di rumah tangga. Program ini dilakukan secara door to door untuk memberikan edukasi langsung kepada masyarakat mengenai risiko kecelakaan dan cara pencegahannya.
Penerapan K3 dalam rumah tangga bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bagi seluruh anggota keluarga. Beberapa jenis kecelakaan yang sering terjadi di rumah meliputi kecelakaan ringan, seperti terjatuh atau luka kecil, serta kecelakaan berat yang dapat menyebabkan cacat permanen atau bahkan kematian. Faktor utama penyebab kecelakaan ini terbagi menjadi dua, yaitu unsafe action (tindakan tidak aman), seperti penggunaan peralatan listrik secara sembarangan, dan unsafe condition (kondisi tidak aman), seperti instalasi listrik yang buruk atau lantai licin.
Dalam penerapan K3 rumah tangga, terdapat lima hierarki pengendalian bahaya, yaitu eliminasi, substitusi, perancangan, administrasi, dan penggunaan alat pelindung diri (APD). Eliminasi dilakukan dengan menghilangkan sumber bahaya, seperti menjauhkan bahan mudah terbakar dari kompor. Substitusi adalah mengganti alat atau bahan dengan yang lebih aman, misalnya menggunakan pembersih rumah tangga yang ramah lingkungan. Perancangan dilakukan dengan memodifikasi alat agar lebih aman, seperti memasang pelindung pada sudut meja tajam. Administrasi mencakup prosedur keselamatan, seperti mengikuti pelatihan K3 dasar. Sementara itu, APD meliputi penggunaan sarung tangan saat menangani benda panas atau masker saat mengecat rumah.
Potensi bahaya di rumah tangga dapat berasal dari berbagai sumber, seperti listrik, bahan kimia, dan alat rumah tangga. Untuk mencegah bahaya listrik, penghuni rumah disarankan menggunakan peralatan listrik berstandar SNI, menghindari penggunaan stop kontak secara berlebihan, serta memeriksa kabel listrik secara berkala. Penyimpanan bahan kimia juga harus diperhatikan dengan meletakkannya di tempat yang tertutup dan jauh dari jangkauan anak-anak. Selain itu, alat tajam seperti pisau dan gunting sebaiknya disimpan di tempat yang aman dan terkunci agar tidak membahayakan penghuni rumah.
Penerapan K3 di rumah juga mencakup berbagai aspek, seperti keamanan di dapur, keselamatan di kamar mandi, pengelolaan sampah, dan perlindungan terhadap bahaya listrik. Beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan meliputi memastikan tabung gas tidak bocor, memasang keset anti-slip di kamar mandi, serta membuang sampah secara rutin untuk mencegah timbulnya penyakit. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, risiko kecelakaan di rumah dapat diminimalkan, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi seluruh anggota keluarga.
Pelatihan K3 di rumah sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan penghuni dalam mengidentifikasi serta mencegah bahaya. Materi pelatihan dapat mencakup identifikasi bahaya, penanganan darurat, penggunaan APD, dan penerapan prosedur operasional standar (SOP) dalam aktivitas sehari-hari. Dengan adanya edukasi dan pelatihan yang tepat, masyarakat diharapkan dapat lebih peduli terhadap keselamatan rumah tangga dan mampu mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah kecelakaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
