Setelah mengenal komik lewat Crayon Shinchan, saya mulai membaca komik-komik judul lainnya. Saya sangat suka membaca komik. Ratusan komik yang saya baca ketika masih duduk di bangku sekolah dasar sebagian sudah dijual ke pengumpul kertas bekas kiloan, sisanya disimpan di gudang.
Adalah Nakayoshi, sebuah majalah komik Jepang yang berisi puluhan komik dalam satu serialnya. Majalah komik ini cukup tebal, sekitar 400-an halaman.
Dulu Nakayoshi digemari oleh banyak anak perempuan. Belinya juga harus rebutan. Saya ingat dulu ayah saya harus keliling kota, dari satu toko buku ke toko buku lainnya, untuk mencari Nakayoshi keluaran terbaru. Â
Dan Brown
Ketika saya sudah duduk di bangku sekolah dasar kelas 5, saya mulai membaca buku novel. Buku novel yang pertama kali saya baca adalah buku novel anak bergambar. Setiap 2 halaman berisi tulisan, akan dilanjutkan dengan 1 halaman berisi gambar.
Setelah mulai terbiasa membaca buku novel yang penuh tulisan, baru saya 'naik kelas' dengan membaca buku novel tanpa gambar.Â
Buku novel pertama yang saya baca saat itu bergenre chicklit. Namun tidak banyak koleksi saya saat itu karena saya tidak menyukai novel dengan cerita-cerita romantis.
Lelah dengan novel chicklit, saya akhirnya menemukan sekaligus memberanikan diri untuk membaca novel karya Dan Brown.Â
Saat itu saya baru duduk di bangku Sekolah Menegah Pertama, buku Dan Brown yang tebal dengan bahasa Indonesia baku terlihat sangat menakutkan.Â
Ternyata saya sangat menikmati perjalanan Robert Langdon dalam buku-buku karya Dan Brown walaupun membacanya butuh waktu lebih lama daripada membaca novel chicklit.
Sejak saat itu, saya mulai berani membeli buku-buku novel dengan genre 'berat'. Saya ingat bagaimana saya berbicara dalam hati, "Jika saya bisa menyelesaikan buku Dan Brown, pasti saya bisa membaca buku genre berat lainnya."Â