Hari Minggu lagi, asyik ya. Minggu ini kuisi dengan pagi-pagi kergi ke pengajian di Darussalam. Aku datang terlambat, lumayan masih dapat ceramah 30 menit dari Pak Ustadz. Antara lain bahwa para wanita tidak boleh menggunjing sesama mereka karena bisa jadi yang digunjing lebih baik dari kita.
Seusai pengajian aku jalan kaki dulu ke arah timur sambil menunggu colt kota lewat. Jalan sekitar 12 menit sampailah di Sokanandi dekat slis atau bendungan . Eh ternyata jumpa dengan Eti temanku SMP yang sekarang berjualan pecel, minuman dan jajan lain di sebelah rumah Ibu Siti Maryana penyembuh atau paranormal yang sednag naik daun di Banjarnegara. Kami pun ngobrol dan ketemu juga dengan anaknya yang baru saja naik kelas , sekarang kelas 4 SD.
Beberapa saat bus Limex pun lewat, aku pami pada Eti dan meloncat naik bus. Turun dari bus jalan kaki menuju rumah yang jaraknya dari ajlan besar kira-kira 500 m. Lumayan, jalan menanjka pula, kami memberi nama jalan itu "turunan", artinya jalan menurun, kalau dari arah desa kan turun! Beda persepsi atau cara memenadang saja, jadi tanjakan dan turunan ternyata satu jalan ya.
Aku mampir dulu ke warung belanja sayur, beli tempe, cabe hijau, cabe merah dan rawit, sayurnya beli....genjer! Genjer kubeli 2 ikat. Genjer itu tumbuhan yang hidup di sawah , jadi gulma padi. Namun genjer  gulma yang jika dicabut bisa dijual, atau disayur sendiri oleh yang membersihkan gulma itu. Genjer disebut juga eceng gondok. Nah kalau di Rawa Pening genjer bikin pening nelayan karena sudah sangat merajalela hingga sudah sampai taraf mengganggu nelayan saat perahunya lewat dan membuat rawa lebih cepat dangkal.
Genjer ini juga bisa dibuat kerajinan. Seratnya yang telah dikeringkan dapat dianyam untuk dibuat sandal, tas, dal kerajinan lain.
Oseng-oseng genjer sangat mudah memasaknya. Bersihkan genjer, siapkan bumbunya. Bawang putih, bawang merah, cabe hijau/rawit, ebi, garam, gula, daun salam. Bumbu bisa diiris atau dihaluskan kecuali ebi dan daun salam, daun genjer diiris . Kalau aku sih sukanya  ada bawang merah yang diiris dan ada yang dihaluskan dengan bawang putih, cabe rawit. Kalau cabe hijau ya diiris.
Panaskan wajan denga minyak secukupnya , jika sudha mendidih masukkan irisan bawang merah, goreng sampai berbau wangi, masukkan bumbu yang digerus, daun salam, dan ebi. Sangrai hingga gurih baunya, masukakan cabe hijau iris, dibolak-balik sampai setengah matang masukkan daun genjer tambahkan sedikit air, garam dan gula sesuai selera. Nah sebentar kemudian oseng-oseng genjer matang dan siap dinikmati dengan nasi hangat tempe goreng dan sambal terasi. Jangan lupa sesaat sebelum diangkat dicicipi dulu supaya rasanya pas di lidah.
Asyik ya masak oseng-oseng genjer, mudah, murah, dan enak.....
Semasa aku kecil genjer malah tak membeli, tapi kucabuti di sawah punya uwak. Saking semangatnya sampai dapat genjer banyak....banget. Oleh ibuku dimasak oseng-oseng, karena masih besoknya dimasak urap atau kluban. Eh masih juga dimasak sayur yang berkuah santan. Kalau ingat  geli juga, padahal saat itu hampir lebaran. Masaknya beberapa hari sayur genjer terus....
Nah Minggu ini makan siangnya jadi  menarik selera karena makanan yang sederhana, asli kampung, oseng-oseng genjer. Selamat memasak dan selamat makan!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI