Laut di Indonesia tidak hanya sekadar simbol ekonomi dan pariwisata. Namun, laut Indonesia adalah simbol dari kedaulatan negara sebagai negara maritim yang dahulu digadang-gadang menjadi poros maritim dunia. Laut di Indonesia bukanlah pemisah antar pulau, melainkan penghubung bagi belasan ribu pulau di Nusantara.Â
Dalam narasi negara kepulauan, laut telah menjadi napas kehidupan rakyat Indonesia. Ketika kita menarasikan laut sebagai napas dan alat kedaulatan bangsa, terasa miris melihat Laut Natuna yang tak henti-hentinya dilanda kompromi.Â
Masih banyak konflik yang terjadi dan melibatkan berbagai negara. Tumpang tindih klaim oleh Tiongkok menjadi pemicu utama terganggunya kedaulatan maritim Indonesia.
Dalam kondisi Laut Natuna yang masih tumpang tindih, mungkin ada yang kurang tepat dalam penerapan konsep kedaulatan maritim kita. Situasi ini menunjukkan bahwa Indonesia perlu memiliki strategi yang lebih tegas dan adaptif terhadap dinamika di kawasan tersebut.Â
Sebab, laut bagi Indonesia bukan sekadar wilayah, tetapi juga wujud kedaulatan. Setiap persoalan yang menyangkut kedaulatan seharusnya direspons dengan langkah cepat dan tegas, karena hal itu berkaitan langsung dengan marwah bangsa.
Berbicara mengenai marwah maritim Nusantara, kita tidak bisa melepaskan diri dari kebesaran Majapahit. Kerajaan ini menjadi simbol kejayaan maritim di masa lampau, ketika Nusantara mampu menguasai jalur perdagangan dan menjaga stabilitas lautnya dengan strategi diplomasi dan kekuatan armada yang kuat.Â
Spirit maritim Majapahit seharusnya menjadi cermin bagi Indonesia masa kini dalam menjaga dan menegaskan kedaulatan laut, terutama di wilayah strategis seperti Natuna.
Sejarawan Majapahit Agus Sunyoto menggambarkan bahwa angkatan laut Majapahit merupakan kekuatan maritim yang paling disegani di Asia Tenggara. Ia menuturkan bahwa Majapahit memiliki ratusan kapal perang besar (jong) yang dipersenjatai dengan cetbang dan bedil besar, menunjukkan kemajuan teknologi bahari Nusantara jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa.Â
Menurutnya, keganasan armada laut Majapahit tidak hanya terletak pada kekuatan militernya, tetapi juga pada kedigdayaan spiritual bangsa pelaut Nusantara yang memandang laut sebagai ruang kosmik penuh makna.Â
Dalam salah satu ceramahnya di Lesbumi PBNU, Agus Sunyoto menegaskan bahwa "armada Majapahit itu bukan hanya menguasai laut, tapi menaklukkan imajinasi laut; dari Tumasik hingga Maluku, semua tahu betapa berdaulatnya samudra bagi orang Majapahit."
Fokus kita seharusnya tidak hanya pada upaya menguasai laut, tetapi juga menaklukkan imajinasi tentang laut. Imajinasi ini dapat dimaknai bahwa ketika laut secara de facto, de jure, dan secara hukum internasional merupakan wilayah Indonesia, maka kita juga harus menaklukkan seluruh narasi dan persepsi negara lain mengenai Laut Natuna.Â