Hari ini, tepat pukul 09:27, saya dan teman-teman sedang mengerjakan tugas secara berkelompok. Kami saling memberikan pendapat masing-masing.Â
Namun, ketika tiba giliran saya untuk berbicara, pendapat saya seolah tidak dianggap. Mereka lebih sibuk mementingkan pendapat sendiri dan tidak mau mendengar apa yang saya sampaikan. Saat itu saya merasa seakan-akan suara saya tidak berarti di hadapan mereka.
Pengalaman ini membuat saya merenung. Terkadang kita bisa mendengar orang lain, tetapi orang lain belum tentu mau mendengar kita. Ini bukan soal pintar atau tidak, melainkan tentang bagaimana kita saling menghargai pendapat.Â
Ada orang yang terlalu sombong dengan pengetahuan yang dimilikinya, tanpa sadar telah meremehkan orang lain yang dianggap lemah. Dari kejadian ini saya belajar bahwa banyak orang ingin didengar, tetapi hanya sedikit yang benar-benar mau mendengarkan. Meski begitu, saya tidak patah semangat. Saya memilih untuk terus belajar dari setiap pengalaman, karena saya percaya semuanya ada waktunya.
Sering kali kita menganggap orang bijak adalah mereka yang pandai berbicara, memberi nasihat panjang, atau punya banyak pengetahuan. Padahal, akar dari kebijaksanaan justru terletak pada kerendahan hati untuk mendengar.
 Dengan mendengar sungguh-sungguh, kita membuka ruang belajar yang luas. Setiap orang yang kita temui membawa cerita dan pengalaman berharga. Jika hanya sibuk berbicara, kita tidak akan pernah benar-benar menyerap hikmah dari orang lain.Â
Banyak orang ingin didengar, tetapi sedikit yang mau mendengarkan. Mendengar bukan sekadar diam, melainkan sikap rendah hati untuk menunda bicara dan memberi ruang bagi orang lain. Sikap ini melatih kita agar tidak merasa paling benar. Justru di situlah kebijaksanaan tumbuh saat kita menyadari bahwa orang lain juga memiliki pandangan dan kebenaran masing-masing.
Mendengar yang sejati bukan hanya mendengarkan kata-kata, tetapi juga menangkap isi hati. Ada orang yang berbicara keras karena menyimpan kesedihan. Ada pula yang berbicara singkat, tetapi penuh makna. Orang bijak mampu mendengar lebih dari sekadar suara; ia mampu memahami pesan yang tersembunyi.
Bicara Itu Penting, Tetapi...Tentu saja berbicara juga penting. Namun, berbicara tanpa mendengar akan menjadikan kita sombong. Orang yang hanya ingin bicara tanpa mau mendengar perlahan kehilangan wibawa. Sebaliknya, orang yang terbiasa mendengar akan berbicara seperlunya, dengan kata-kata yang tepat, sehingga ucapannya lebih berisi dan bermakna.
Kebijaksanaan lahir bukan dari banyak berbicara, melainkan dari hati yang mau mendengar. Dengan mendengar, kita belajar dari orang lain, melatih kerendahan hati, dan memahami kehidupan lebih dalam.Â