Mohon tunggu...
Jelisman Gulo
Jelisman Gulo Mohon Tunggu... Mahasiswa

Baca buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Efektivitas Penegakan Hukum dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia

29 September 2025   07:52 Diperbarui: 29 September 2025   07:56 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://share.google/images/YD91ZK95cMvCdM9Mm

Korupsi sudah lama menjadi musuh besar bangsa Indonesia. Kejahatan ini tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga menghancurkan kepercayaan masyarakat, menghambat pembangunan, dan merusak tatanan demokrasi. Dari kasus besar yang melibatkan pejabat tinggi hingga pungutan liar di tingkat pelayanan publik, praktik korupsi seolah terus mencari celah untuk bertahan.
Di tengah situasi ini, muncul pertanyaan mendasar: sejauh mana penegakan hukum kita benar-benar efektif dalam memberantas tindak pidana korupsi?

Korupsi: Luka yang Menghambat Kemajuan

Dampak korupsi jauh melampaui kerugian materi. Dana pembangunan yang seharusnya digunakan untuk memperbaiki jalan, membangun sekolah, atau meningkatkan layanan kesehatan sering kali hilang karena diselewengkan. Akibatnya, kualitas layanan publik menurun, investasi asing ragu untuk masuk, dan ketimpangan sosial semakin melebar. Korupsi bukan sekadar kejahatan keuangan, melainkan juga kejahatan moral yang menodai nilai keadilan.

https://share.google/images/W0eFHhLgwJjACOaT1
https://share.google/images/W0eFHhLgwJjACOaT1

Tiga Pilar Utama Pemberantasan Korupsi

Indonesia telah menempuh berbagai langkah untuk memerangi korupsi. Upaya ini dapat dirangkum ke dalam tiga pilar utama yang saling melengkapi:

  1. Penindakan Hukum yang Tegas
    Proses ini mencakup penyelidikan, penyidikan, penuntutan, hingga eksekusi putusan. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), kepolisian, dan kejaksaan menjadi ujung tombak dalam mengusut kasus-kasus besar. Operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan KPK menjadi bukti nyata bahwa aparat hukum tidak segan menindak pelaku korupsi, sekaligus memberikan efek jera.

  2. Pencegahan Sistemik
    Pemerintah terus memperbaiki sistem agar celah korupsi semakin kecil. Program Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), layanan e-procurement untuk pengadaan barang dan jasa, serta e-government memanfaatkan teknologi digital agar setiap transaksi dan proses administrasi tercatat secara transparan.

  3. Pendidikan dan Budaya Anti-Korupsi
    Pemberantasan korupsi tidak hanya soal aturan, tetapi juga soal pola pikir. Pendidikan anti-korupsi di sekolah, kampanye publik, hingga pelatihan integritas bagi pegawai negeri bertujuan menanamkan nilai kejujuran sejak dini. Masyarakat yang memiliki kesadaran tinggi akan menjadi benteng pertahanan terkuat.

Ketiga pilar ini ibarat kaki pada sebuah tripod: penindakan menegakkan keadilan, pencegahan menutup peluang, dan pendidikan menumbuhkan kesadaran kolektif.

Peran Teknologi dalam Penegakan Hukum

Di era digital, teknologi menjadi sekutu penting dalam perang melawan korupsi. Salah satu terobosan besar adalah Sistem Peradilan Pidana Terpadu Berbasis Teknologi Informasi (SPPT-TI) yang menghubungkan data kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan KPK.
Melalui integrasi data dan pemantauan real-time, proses hukum dapat berjalan lebih cepat, akurat, dan minim manipulasi.
Selain itu, whistleblower system memungkinkan masyarakat melapor dugaan korupsi secara anonim dengan perlindungan hukum, sedangkan penerapan e-government dan e-procurement memotong birokrasi yang biasanya rawan transaksi gelap.

Beberapa negara bahkan telah memanfaatkan teknologi seperti blockchain dan big data analytics untuk mendeteksi pola transaksi mencurigakan. Indonesia mulai meniru langkah ini sebagai bagian dari modernisasi pemberantasan korupsi.

Tantangan yang Masih Menghadang

Meski sistem hukum dan teknologi terus diperkuat, praktik korupsi belum sepenuhnya terkendali.
Budaya "uang terima kasih" masih dianggap hal biasa di sebagian masyarakat. Gaji yang tidak sebanding dengan biaya hidup memicu sebagian pegawai mencari jalan pintas. Sementara itu, perubahan kebijakan setiap pergantian pemerintahan sering kali melemahkan konsistensi penegakan hukum.
Rendahnya kesadaran moral dan lemahnya pengawasan di berbagai sektor membuat korupsi tetap menemukan ruang untuk berkembang.

Dampak Positif dari Penegakan Hukum

Meski jalannya penuh tantangan, upaya pemberantasan korupsi telah membawa hasil positif. Penindakan hukum yang tegas meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Iklim investasi menjadi lebih kondusif karena kepastian hukum semakin jelas.
Birokrasi yang lebih transparan juga memberi dampak langsung pada masyarakat, seperti pelayanan publik yang lebih cepat dan efisien. Setiap rupiah yang berhasil diselamatkan berarti tambahan anggaran untuk pembangunan dan kesejahteraan rakyat.

Harapan ke Depan

Efektivitas penegakan hukum dalam memberantas korupsi bergantung pada sinergi tiga hal: regulasi yang tegas, pemanfaatan teknologi, dan budaya hukum yang sehat. Pemerintah perlu memastikan aturan tidak hanya keras di atas kertas, tetapi juga dijalankan secara konsisten tanpa pandang bulu.
Di sisi lain, masyarakat harus berani menolak suap, melaporkan pelanggaran, dan menanamkan nilai integritas dalam kehidupan sehari-hari. Pemberantasan korupsi adalah tugas bersama, bukan hanya tanggung jawab aparat hukum.

Penutup

Korupsi di Indonesia bukanlah masalah sederhana, tetapi bukan pula masalah tanpa solusi. Penindakan, pencegahan, dan pendidikan harus berjalan seiring, didukung teknologi yang mampu menutup celah kecurangan.
Namun, keberhasilan sejati hanya dapat terwujud jika seluruh elemen bangsa---pemerintah, aparat hukum, dunia usaha, dan masyarakat---memilih untuk jujur dan berani mengatakan tidak pada korupsi.
Indonesia yang bersih dan berintegritas bukan sekadar cita-cita, tetapi sebuah keniscayaan jika kita semua bergerak bersama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun