Mereka tahu, penghormatan kepada leluhur dan alam tidak pernah masuk dalam kurikulum pendidikan modern, tapi diwariskan melalui kesadaran kolektif dan praktik spiritual yang tidak bisa digantikan oleh sistem digital.
Yadnya Kasada adalah upacara tentang pengorbanan dan harapan, tentang memberi sebelum meminta, tentang bagaimana spiritualitas seharusnya tidak ditransaksikan dalam bentuk brosur hotel dan tenda glamping. Ini tentang hubungan manusia dengan alam dan roh, bukan hanya relasi antara manusia dengan kamera.
Dan Anda, para pemburu hidden gem, content creator dadakan, atau sekadar wisatawan spiritual musiman, sudah siapkah Anda untuk menyaksikan ritual ini bukan hanya sebagai refleksi? Atau Anda hanya akan merekamnya, mengeditnya dengan musik slow, lalu mengunggahnya dengan caption: "so blessed to witness this culture", sebelum kembali ke rutinitas tanpa makna?
Kalau Anda penasaran, tandai kalender Anda. Yadnya Kasada 2026 mendatang. Tapi ingat; datanglah dengan rasa hormat, bukan sekadar niat konten. Sebab Gunung Bromo bukan lokasi syuting dan Tengger bukan objek wisata, mereka adalah penjaga duniaspiritual yang tidak akan Anda temukan di feed mana pun.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI