Mohon tunggu...
Jekli Bhegu
Jekli Bhegu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi bermain sepak bola, topik kesukaan yakni hiburan dan humor

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Gula, yang Manis itu Baik atau Buruk?

11 Juni 2023   20:48 Diperbarui: 13 Juni 2023   09:55 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Gula rasanya manis dan menjadi karbohidrat sederhana yang dibutuhkan tubuh. Namun karena merupakan karbohidrat sederhana bukan berarti dia bisa menggantikan peran nasi. Gula hanya pelengkap saja yang juga tubuh butuhkan. Gula  merupakan salah satu sumber energi bagi tubuh, karena nantinya akan diubah menjadi glukosa dalam tubuh. Selain itu gula memberi rasa terhadap makanan maupun juga minuman. Kopi yang kita seduh akan terasa nikmat jika diapadukan dengan gula. Gula juga menjadi penawar rasa, jika mulutmu terasa pahit. Manisnya gula bukan perkara rasa saja, namun harus juga sesuai dengan takarannya. Tubuh butuh gula, rasanya yang manis juga penting akan tetapi harus sesuai dengan apa yang tubuh butuhkan, bukan apa yang diinginkan. Terlalu banyak bisa jadi perkara, kurang pun jadi tak terasa. Konsumsilah dengan takarannya sebelum kemanisannya justru membawa pada kehancuran. 

Kemanisan membawa kehancuran?,  bukankah kemanisan selalu identik dengan yang baik. Kata manis selalu berkonotasi positif. Yah memang manis itu baik namun tidak semua yang manis itu sempurna. Orang bisa jadi mual jika yang masuk pada mulutnya semuanya manis, atau janji yang yang terdengar manis di telinga sebelum akad nikah dan pada akhirnya janji tersebut diingkari. Jadi tidak semua yang manis itu sempurna atau baik, maka jangan identikan yang manis itu selalu baik. Manis akan menjadi baik jika pada porsinya yang sesuai dan tidak berlebihan. 

Gula menyajikan rasa manis, namun tidak semua yang manis itu berasal dari gula, ada pula dari madu, kecap, permen bahkan janji. Yang dimaksudkan dengan rasa manis pada janji bukan dengan mencecap rasanya dengan lidah, melainkan didengar dengan indra pendengar yakni telinga. Mungkin jatuhnya  hati seorang perempuan pada pria adalah karena terlalu mendengar janji manis dari pria. Telinganya tak kuasa menahan kemanisan dari setiap kata yang diucapkan, pada akhirnya pertahanannya runtuh dan jatuhlah hatinya  pada seorang pria. Maka bagi perempuan yang mesti kau tuntut bukanlah kata-katanya yang memikat hati, melainkan pertanggungjawaban dari setiap kata yang diucapkan.

 Tak hanya perempuan yang mampu dibodohi oleh kata-kata manis dari seorang pria, Bahkan dalam ranah yang lebih luas, masyarakat juga sering terbuai dengan janji manis dari para pejabat. Janji kampanye seperti infrastruktur diperbaiki, akses kesehatan terjamin, mutu pendidikan diangkat, sumber daya alam dikelola dengan baik menjadi sederet khiasan yang terdengar manis namun setelah mendapat suara rakyat dan memperoleh jabatan yang terdengar manis itu seakan sirna dan tak tahu kemana arahnya. Janji kampanye memang untuk kesejahteraan negeri namun apalah arti bila itu semua dikorupsi untuk diri sendiri. Lagi dan lagi masyarakat yang akan menanggung rugi. 

Mari pilihlah pemimpin yang mau berpikir dan bekerja untuk negeri, bukan pemimpin yang banyak janji dan hanya berpikir untuk anak dan istri. Gunakanlah hati nurani untuk memilih pemimpin yang sudah terbukti dengan adanya prestasi bukan pemimpin dengan segudang orasi dan janji. Janji mereka akan berarti jika janji itu tidak diingkari. Maka gunakanlah hak pilih dan jatuhilah pilihan itu pada orang yang mau berjuang demi negeri ini. Jika pilihan itu jatuh pada mereka yang hanya suka mengobral janji, maka bersiaplah hidup akan dipenuhi dengan kata nanti. Ternyata memang yang manis tidak selalu identik dengan kebaikan bahkan yang manis itu bisa jadi celaka bagi siapa saja yang merasakannya.

Jekli Bhegu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun