Mohon tunggu...
Jemi Kudiai
Jemi Kudiai Mohon Tunggu... Pemerhati Governace, Ekopol, Sosbud

Menulis berbagi cerita tentang sosial, politik, ekonomi, budaya dan pemerintahan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kapitalisme, Krisis, dan Chaos: Dunia Bergejolak, Indonesia Jangan Legah

5 Oktober 2025   07:41 Diperbarui: 5 Oktober 2025   07:41 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sejarah memberi kita pilihan: menjadi bangsa yang tangguh menghadapi krisis, atau bangsa (Sumber: JK.doc)

Oleh: Jemi Kudiai

Beberapa bulan terakhir, dunia kembali diguncang oleh gelombang protes sosial, kerusuhan di kota-kota besar, hingga ketegangan politik internasional yang kian memanas. Dari Amerika Serikat, Eropa, hingga Asia, bayang-bayang krisis kapitalisme kembali menghantui. Indonesia tentu tidak berdiri di ruang hampa. Setiap gejolak global selalu punya resonansi ke tanah air. Pertanyaannya: apakah kita siap menghadapi badai?

Kapitalisme dan Krisis: Sebuah Pola yang Berulang

Kapitalisme sering digambarkan sebagai sistem yang paling adaptif, fleksibel, dan inovatif. Ia bisa tumbuh dalam berbagai bentuk masyarakat, dari yang otoriter hingga demokratis, dari negara industri maju hingga dunia berkembang. Namun, sejak awal abad ke-20, satu hal yang konsisten: kapitalisme selalu membawa serta krisis.

Krisis bukan sekadar "kecelakaan ekonomi". Ia adalah bagian dari denyut nadi kapitalisme itu sendiri. Seperti yang dikatakan Joseph Schumpeter, krisis adalah wujud creative destruction penghancuran kreatif yang menghancurkan struktur lama untuk membuka jalan bagi struktur baru.

Di tahun 2008, kita menyaksikan bagaimana krisis subprime mortgage di AS meluluhlantakkan ekonomi dunia. Ratusan juta orang kehilangan pekerjaan, triliunan dolar lenyap dalam hitungan minggu. Pandemi COVID-19 (2020) mengulang pola serupa: guncangan global membuat jutaan orang miskin baru, sementara para miliarder justru kian kaya.

Amerika Serikat: Dari Superpower ke Chaos Sosial

Contoh paling nyata adalah Amerika Serikat. Negara adidaya ini kini menghadapi triple crisis: krisis ekonomi, krisis politik, dan krisis sosial.

Ekonomi: Utang publik AS menembus rekor, industri manufaktur merosot, dan kesenjangan sosial makin melebar.

Politik: Polarisasi tajam antara kubu liberal dan konservatif, diperparah oleh retorika populisme Donald Trump.

Sosial: Protes anti-imigran, kerusuhan di kota-kota besar, hingga meningkatnya kasus overdosis opioid menjadi gambaran rapuhnya "American Dream".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun