Dengan begitu, pembangunan Papua Tengah tidak hanya membangun beton dan besi, tetapi juga membangun jiwa rakyatnya.
Rekonsiliasi dan Perdamaian: Fondasi Kehidupan Bersama
Tidak bisa dipungkiri, Papua Tengah adalah wilayah dengan tingkat konflik sosial dan politik yang tinggi. Ada luka lama, ada ketidakpercayaan, dan ada kekerasan yang masih terjadi di beberapa kabupaten.
Program Nawipa tentang rekonsiliasi dan perdamaian bukan sekadar tambahan, tetapi syarat utama agar pembangunan bisa berjalan. Tanpa perdamaian, semua rencana hanyalah kertas.
Saya percaya, rekonsiliasi harus melibatkan tokoh adat, tokoh agama, dan organisasi masyarakat sipil. Pendekatannya bukan represif, melainkan dialogis. Pemerintah tidak boleh datang sebagai penguasa, tetapi sebagai saudara yang mau mendengar.
Seperti ditegaskan Frans Albert Joku:
"Papua hanya bisa damai jika ada keadilan. Rekonsiliasi bukan tentang melupakan masa lalu, tetapi mengakui luka dan mencari jalan bersama ke depan."
Roadmap 5 Tahun Papua Tengah
Agar sembilan program Nawipa tidak berhenti sebagai janji politik, perlu ada peta jalan lima tahun yang jelas. Saya membayangkan roadmap itu seperti berikut:
Tahun 1: Konsolidasi birokrasi, audit keuangan, dan pemetaan masalah prioritas di kabupaten/kota.
Tahun 2: Implementasi pendidikan gratis, sekolah sepanjang hari, dan kontrak dokter spesialis.
Tahun 3: Pembangunan BUMD, penguatan UMKM lokal, dan percepatan infrastruktur dasar (jalan, listrik, internet).