Beberapa tulisan terakhir saya membahas demo dan kerusuhan dari berbagai sudut pandang teori dan argumentasi, menekankan pentingnya melihat masalah ini sebagai cerminan kekerasan struktural dan kebutuhan reformasi baik secara struktural maupun substantif. Kondisi saat ini menunjukkan lemahnya strategi manajemen krisis yang inklusif dan berbasis dialog; komunikasi pemerintah yang tidak konsisten dan kecenderungan membatasi kebebasan berekspresi memperparah ketidakpercayaan publik. Situasi ini menuntut evaluasi menyeluruh terhadap aparat dan lembaga yang seharusnya menjaga stabilitas politik dan menjamin hak warga dan tentunya mampu membaca arah kebijakan Presiden.
Maka itu perlu di lakukan evaluasi pada: Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan perlu di evaluasi karena perannya yang sentral dalam merespons demonstrasi. Pendekatan yang dominan bersifat represif tanpa dialog sosial berisiko memperkuat resistensi publik dan memperdalam polarisasi. Upaya penanganan konflik harus beralih ke strategi yang menyeimbangkan keamanan dengan ruang dialog, sehingga mereduksi eskalasi dan membangun kembali legitimasi.
Kementerian Komunikasi dan Informatika harus memperbaiki praktik komunikasi publiknya dengan menegakkan transparansi dan akuntabilitas. Informasi yang tidak konsisten dan pembatasan kebebasan berekspresi memperburuk krisis kepercayaan, sehingga pemerintah perlu mengadopsi kebijakan komunikasi yang partisipatif dan terbuka untuk menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat.
Kementerian Dalam Negeri memerlukan reformasi koordinasi antara pusat dan daerah. Respon krisis sosial yang efektif menuntut sinergi kebijakan dan pelaksanaan di tingkat lokal, sementara Kementerian Sosial perlu melakukan revitalisasi program bantuan serta inovasi dalam perlindungan kelompok rentan untuk mengatasi ketidakefisienan penyaluran bantuan.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi harus lebih sensitif terhadap aspirasi mahasiswa dan akademisi dengan melibatkan mereka dalam proses perumusan kebijakan. Ketidakadilan persepsi terhadap kebijakan pendidikan sering menjadi pemicu demonstrasi, sehingga pendekatan partisipatif dan dialogis menjadi penting untuk mencegah ketegangan.
Kementerian Ketenagakerjaan perlu memperkuat perlindungan hak buruh dan membangun dialog sosial yang inklusif antara pemerintah, pengusaha, dan serikat buruh. Kebijakan ketenagakerjaan yang tidak berlandaskan keadilan sosial menciptakan ketimpangan struktural dan memperparah ketegangan sosial, sehingga penyelesaian melalui dialog dan kebijakan yang adil sangat di perlukan.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menghadapi tantangan konflik agraria dan energi akibat kebijakan yang cenderung pro-korporasi dan minim konsultasi publik; manajemen sumber daya alam harus menerapkan prinsip keadilan ekologis dan sosial. Selain itu, di perlukan roadmap transisi energi yang inklusif dan berkelanjutan untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan meningkatkan ketahanan energi nasional.
Kementerian Hukum dan HAM perlu menindaklanjuti persoalan pelanggaran HAM secara sistemik serta memperbaiki kondisi lembaga pemasyarakatan yang mengalami over kapasitas. Reformasi hukum yang memperkuat keadilan, transparansi, dan akuntabilitas harus di percepat agar kepastian hukum dan perlindungan HAM dapat di tegakkan.
Kinerja Badan Intelijen Negara memerlukan evaluasi terkait kemampuan deteksi dini dan integrasi intelijen antara sektor sipil dan militer. Fragmentasi informasi dan lemahnya koordinasi mempengaruhi efektivitas pencegahan ancaman. Demikian pula, peran TNI dalam urusan dalam negeri harus jelas di batasi dan di sertai pelatihan manajemen konflik sipil agar tidak terjadi militerisasi ruang publik.
Polri sebagai institusi penegak ketertiban umum harus memperbaiki pencegahan dan respons di lapangan, memperkuat sistem komando dan kontrol, serta mengedepankan pendekatan non-represif dalam penanganan massa. Secara keseluruhan, respons negara terhadap demonstrasi dan kerusuhan harus di dasarkan pada prinsip inklusivitas, dialog, transparansi, perlindungan hak asasi, dan reformasi struktural demi mengembalikan kepercayaan publik dan mencegah kekerasan berulang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI