Mohon tunggu...
Jeremiah Judah
Jeremiah Judah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Semester 3 yang Bergumul dengan Perkuliahan

Saya suka tidur

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Tiger Parenting, Menumbuhkan Individu Berprestasi atau Membunuh Anak secara Psikologis?

19 November 2022   16:48 Diperbarui: 19 November 2022   17:00 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Parenting style atau gaya pengasuhan adalah bentuk pendekatan orang tua dalam membesarkan dan mendidik anak. 

Gaya pengasuhan sendiri memiliki beberapa jenis, dari gaya pengasuhan authoritative yang cenderung demokratis, gaya pengasuhan permisif yang cenderung menuruti segala keinginan anak, gaya pengasuhan absent parenting dimana orang tua cenderung tidak memperhatikan dan bahkan mengabaikan anak mereka, dan yang terakhir gaya pengasuhan yang banyak diterapkan di negara-negara Asia, yaitu gaya pengasuhan authoritarian yang cenderung otoritatif. 

Pola asuh otoritatif tersebut biasa disebut dengan sebutan tiger parenting, dimana orang tua akan memaksakan kehendaknya kepada anak-anaknya, contohnya adalah saat seorang anak yang berada pada jenjang pendidikan TK atau SD, yang seharusnya fokus dengan aktivitas kelompok, bersosialisasi, dan melakukan eksplorasi dunia sekitarnya malah dipaksa untuk misalnya, belajar piano atau biola dan mengikuti berbagai ekstrakurikuler dan les yang akhirnya menyita banyak sekali waktu dari anak tersebut. 

Seorang anak yang dipaksa untuk mengikuti berbagai aktivitas luar sekolah tersebut biasanya juga dipaksa untuk mendapatkan nilai sempurna, atau A dalam semua mata pelajaran yang diikutinya. Tentunya hal ini akan menimbulkan dampak yang sangat membekas tidak hanya dari sisi fisik saja, namun dari sisi psikologis anak mungkin saja mendapat dampak negatif yang cukup besar. 

Dampak psikologis yang dialami oleh anak dapat berupa kecemasan yang berlebihan karena banyaknya larangan yang dialaminya pada masa kecil sehingga individu takut untuk mengambil keputusan sendiri kedepannya, individu juga mungkin saja merasa tidak percaya diri karena banyaknya kritik yang didapatkan dari orang tua. Dalam kata lain, individu akan merasa terkekang oleh pendapat orang tua dan tidak memiliki kebebasan dalam memilih untuk dirinya sendiri.

Kebebasan sendiri terbagi dalam dua sudut pandang berbeda, dimana terdapat kebebasan eksistensial yang membicarakan mengenai kemampuan individu untuk dapat menentukan sikap dan/atau tindakannya sendiri tanpa harus dipengaruhi orang lain terlebih dahulu; terdapat juga kebebasan sosial yang membicarakan mengenai bagaimana manusia sebagai makhluk sosial yang hidup bersama-sama dengan manusia lain harus dapat saling menghormati kebebasan antar individu.

Kebebasan sosial yang membicarakan mengenai hubungan antar individu dapat diwujudkan dengan memberikan batasan-batasan terhadap setiap individu mengenai apa yang dapat dilakukan oleh individu dan apa yang tidak agar tidak terjadi diskriminasi yang berlebihan pada salah satu atau lebih pihak.

 Batasan-batasan tersebut diwujudkan dalam bentuk tanggung jawab, dimana seorang individu harus bisa bertanggung jawab atas kebebasannya, sehingga apabila dalam proses menjalankan kebebasan seorang individu merenggut kebebasan orang lain, individu tersebut harus bisa mempertanggungjawabkan tindakannya tersebut dengan hukuman atau tindakan lain yang dapat membenarkan tindakannya sebelumnya.

Tiger parenting sendiri yang diterapkan dengan tujuan untuk membentuk anak menjadi individu yang disiplin dan cemerlang dapat dikatakan merenggut kebebasan anak untuk memilih jalan hidupnya sendiri, untuk mengembangkan bakat minat sesuai keinginannya sendiri. Kekurangan dari tiger parenting sendiri sangat berat.

Dimana jika seorang anak tidak mampu menahan tekanan dari pola asuh orang tuanya, anak tersebut berpotensi terkena kecemasan yang berlebihan, kehilangan kepercayaan diri, depresi, dan semacamnya. Jika anak terkena dampak yang telah disebutkan sebelumnya, apakah yang dapat orang tua lakukan untuk membenarkan perilakunya yang merugikan anak mereka, yang mungkin dampaknya sampai seumur hidup? 

Menurut penulis, gaya pengasuhan yang otoriter yang telah menjadi identik dengan gaya pengasuhan orang tua di negara-negara Asia tersebut sudah seharusnya ditinggalkan, meskipun benar adanya apabila gaya pengasuhan tersebut dilakukan secara "benar" dapat menghasilkan individu yang disiplin dan sangat berprestasi, namun apakah hal tersebut setimpal dengan resiko yang mungkin saja terjadi? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun