Mohon tunggu...
Irsan Husain
Irsan Husain Mohon Tunggu... Editor - Jejak Jemari Institute (Lembaga Training dan Manajemen Sekolah)

Direktur Jejak Jemari Institute (Lembaga Training dan Manajemen Sekolah) Pembina Yayasan Haifa Montessori Indonesia, Organizer di LEADS (Labor Education And Development Syndicate)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Teknik Menghadapi Anak Menangis

10 September 2021   10:55 Diperbarui: 10 September 2021   10:58 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Memilih kata yang tepat dalam berkomunikasi kepada buah hati kita adalah hal penting. Bahwa anak belumlah memiliki banyak kosa kata dan kemungkinan besar anak belum memahami kalimat-kalimat panjang, serta belum memahami banyak makna dari apa yang disampaikan orangtua dan guru.

Olehkarenanya, orangtua dan guru harus belajar menggunakan kata-kata efektif dalam membagun komunikasi.

Kembali perlu dipahami, bahwa anak usia dini, masih dalam tahap perkembangan yang sangat pesat. Termasuk hormon di dalam tubuhnya. Sehingga emosi anak masih belum stabil. Orangtua dan guru yang memiliki pengetahuan akan hal ini, tentu akan lebih sabar menghadapi letupan emosi anak. Jadi bukan malah sebaliknya, orangtua ter-provokasi akan kondisi anak.

Sikap tenang dan sabar adalah kunci dalam membuka komunikasi dengan buah hati anda. Ketenangan dan kesabaran adalah kunci anda dalam membuka komunikasi pada anak atau siswa, yang selanjutnya bisa membuka pintu-pintu yang lain. Seperti pintu pengarahan anda untuk pembentukan katakter, kecerdasan kognitif anak, kemampuan lainnya yang bisa anda gali pada anak atau siswa.

Mungkin ada pertanyaan, bolehkah orangtua atau guru marah kepada anak atau siswanya? Tentu saja boleh. Tapi ada batas-batas kemarahan yang juga harus diperhatikan oleh orangtua dan pendidik. Akan kita bahas pada artikel yang lain.

Kata Efektif Itu Seperti Apa?

Yang akan Jejak Jemari paparkan dibahwa ini adalah teknik jitu orangtua dan guru dalam membangun komunikasi yang efektif pada anak atau siswa.

  1. Saat anak menangis dan berteriak

Perlu orangtua dan guru pahami bahwa, sikap manusia dalam merespon sesuatu dipengaruhi dua hal. Pertama dari kecerdasan genetik-nya dan Kedua pengaruh lingkungan-nya. 20% dari kecerdasan bawaan atau genetic-nya, dan 80% dari lingkungan atau pola asuhnya. Namun pada anak usia dini, lingkungan belum terlalu dominan mempengaruhi sikapnya. Jadi ini adalah bawaan asli dari genetik anak.

Apa saja yang mempengaruhi secara gentik? Salah satunya adalah belahan otak yang paling dominan dan golongan darah. Belahan otak secara garis besar dibagi dua. Yaitu otak berpikir dan otak perasaan. Neokortek dan Limbik.

Anak yang sering menangis dan sekaligus berteriak, kemungkinan besar ini pengaruh dominasi otak perasaannya. Dan untuk mendekati anak yang seperti ini, kita memerlukan  teknik untuk mengusai perasaannya.

Menangis dan berteriak perlu kita tahu apa penyebabnya. Terkadang anak yang belum mampu membangun komunkasi secara verbal hanya bisa menangis sebagai caranya berlomunikasi kepada kita. Anak ingin dipahami lebih dalam.

Teriakan adalah cara anak menaikkan level tangisannya, jika dia menganggap bahwa orangtua nya belum memenuhi keinginannya. Menangis dan berteriak dianggap anak sebagai alat komunikasi.

Hal ini harus menjadi perhatian dan observasi bagi orangtua dan guru. Tingkah pola ini harus direkam dan ditandai. Karena bisa saja, anak akan menaikkan level nya lagi lebih dari menangis dan berteriak. Mungkin bisa memukul atau yang lebih parah dari itu.

Ada tiga tahapan penting yang bisa dilakukan :

Pertama : Amati apa yang menjadi kekesalan nya sehingga anak menangis. Apakah anak lapar, haus, atau ada hal lain yang mengganggunya secara fisik. Apakah anak jatuh, mengalami benturan, atau tantrum disebakan fakor psikologis. Mungkin dia cemburu, merasa tidak perhatikan, atau hal apa yang membuatnya sedih. Sebab ini harus diketahui dan diselesaikan saat itu juga.

Kedua : Tawarkan bantuan dengan mengajaknya berbicara. Mungkin bisa tawarkan makan, minum, selesaikan persoalan yang membuat mereka marah. Jika belum mereda, gali terus informasi hal apa yang membuat dia menangis. Karena pasti ada sebabnya. Jika belum juga ada perubahan, pindahkan anak ke ruangan berbeda, abah keadaan dari yang sebelumnya. Mislanya dengan membuka pakaiannya, atau mungkin memandikannya jika terlihat anak dalam kondisi yang panas.

Biasanya anak akan kelelahan dan bisa saja dia akan tertidur. Orangtua harus tetap dalam kondisi tenang.

Ketiga : Jika anak sudah tenang, orangtua mulai mengajaknya komunikasi. Sampaikan bahwa, tidak perlu menangis atau berteriak untuk meminta sesuatu. Sampaikan bahwa ibu atau ayah pasti akan membantu menyaipkan apa yang menjadi keinginan anak. Ibu atau ayah berusaha untuk memahami apa yang menjadi keresahan atau ketakuatan yang dihadapi anak.

Anak hanya butuh untuk terus diyakinkan. Bahwa dikondisi ini anak tidak sedang sendiri. Ada baiknya setelah terlihat anak memahami apa yang disampaikan oleh orangtua dan guru, anak boleh diberikan pelukan dan senyuman hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun