Mohon tunggu...
aris moza
aris moza Mohon Tunggu... Guru - menekuni dunia pendidikan sebab aku percaya dari sanalah mulanya segala keberhasilan itu bermula

seorang yang lantang lantung mencari arti dan makna dalam setiap langkah kecilnya. lalu bermimpi menjadi orang yang dikenal melalui karya-karyanya, bukan rupa, bukan harta, bukan panggkat atau jabatan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Rumah Literasi, Media, dan Hoaks

24 Agustus 2019   09:23 Diperbarui: 28 Agustus 2019   11:07 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mencari buku bacaan. (sumber: KOMPAS)

Sebab saya menyadari bagaimana susahnya akses ke Perustakaan Daerah yang hanya ada satu di pusat kota dan hanya dimiliki sekolah-sekolah yang menyediakan perpustakan. Sehingga Perpustakaan tidak bisa menyentuh seluruh elemen masyarakat. Padahal kuli sperti saya juga mau baca buku.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi
Ketidakberdayaan warga Desa membeli buku, lah boro-boro beli buku beli buku anak aja cuma LKS yang disedikan dari sekolah. Itu bukan tanpa alasan maklum penghasilan mereka tidak cukup untuk membeli buku. Makan aja susah suruh beli buku. Buku tergolong mahal bagi orang-orang seperti kami.

Sayangnya ide mulia itu hanya tergantung di angan-angan tidak kemana-mana begitulah saya yang masih memimikan sukses dunia akherat. Padahal sukanya tidur,hehehe

Saya berpikir segala petaka ahir-ahir ini dimulai dari sebab rendahnya budaya literasi di Indonesia dan hal itu benar adanya dari rendahnya peringkat Indonesia dalam daftar tingkat literasi negara-negara di dunia, termasuk laporan World's Most Literate Nations yang dikeluarkan Central Connecticut State University (CCSU).

Riset CCSU memotret lima indikator yang dianggap penting dalam kegiatan membaca, yakni perpustakaan, koran, input pendidikan, output pendidikan, dan ketersediaan komputer. 

Dalam daftar tersebut, Indonesia menempati urutan ke-60 dari 61 negara yang diriset. Artinya, kebiasaan membaca dan menulis masyarakat Indonesia tergolong rendah.

Rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia juga terlihat dari penelitian terakhir Program for International Student Assessment (PISA) pada 2015. Penelitian PISA menunjukkan Indonesia berada di peringkat 62 dari 70 negara yang diteliti.

Tetapi hal itu berkebalikan dari sikap masyarakat Indonesia ketika menghadapi media sosial. Menurut penelitian yang dilakukan We Are Social, perusahaan media asal Inggris yang bekerja sama dengan Hootsuite, rata-rata orang Indonesia menghabiskan tiga jam 23 menit sehari untuk mengakses media sosial. 

Dari laporan berjudul "Essential Insights Into Internet, Social Media, Mobile, and E-Commerce Use Around The World" yang diterbitkan tanggal 30 Januari 2018, dari total populasi Indonesia sebanyak 265,4 juta jiwa, pengguna aktif media sosialnya mencapai 130 juta dengan penetrasi 49 persen.

Sebanyak 120 juta orang Indonesia menggunakan perangkat mobile, seperti smartphone atau tablet untuk mengakses media sosial, dengan penetrasi 45 persen. Dalam sepekan, aktivitas online di media sosial melalui smartphone mencapai 37 persen. (kompas)

Indonesia adalah Negara dengan pengguna media social teraktif di Dunia sekaligus menjadi Negara terbelakang dalam minat membaca,  dari situ saya berpendapat persolan yang hari ini terjadi maraknya hoax, ujaran kebencian sentiment negative, masyarakat yang mudah di provokasi dll. Di mulai dari rendahnya budaya membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun