Aktivis juga manusia, ia bisa saja jatuh cinta dan tenggelam dalam asmaranya. Meski begitu, untuk urusan ini terkadang kalangan aktivis diliputi delima. Padahal sebagai kodrat manusia jatuh cinta adalah keniscayaan.Â
Kisah cinta di kalangan aktivis memang setingkat lebih rumit, lihat saja dalam sebuah catatan yang ditulis oleh soe hok gie. Gie adalah sosok aktivis yang hari-harinya penuh diliputi pertarungan pemikiran idealismenya dan kenyataan yang harus ia hadapi. Tidak mudah bagi seorang gie untuk jatuh cinta, tetapi bukan berarti Gie tidak merasakan jatuh cinta. Suatu ketika dalam catatan hariannya Gie menuliskan bagaimana melankonisnya ia sebagai seorang manusia yang sedang dilanda jatuh cinta.Â
"apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu, kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta?"Â
tetapi begitulah dalam setiap langkah ia ingin mendapatkan cintanya, justru selalu mendapatkan penolakan.
Tan malaka juga pernah menulis dalam satu catatannya seperti ini
"lelaki kaum pergerakan hanya layak dicintai, bukan dinikahi. Ibarat burung, jika kakinya diikat sebentar, dia akan canggung terbang tinggi. Tetapi jika kakinya diikat terlampau lama, dadanya akan meledak akibat gejolak hasrat"
Bagimana pertarungan hasrat sebagai insan manusia dengan idealismenya yang sedang berkecamuk di dadanya.
Para aktivis adalah manusia biasa, ia juga butuh di cintai atau mencitai. Meski terkadnag hal itu tersamar dalam balik idealismenya. Tapi bagaimanapun hatinya butuh sentuhan cinta. Perasaan yang akan membawanya pada langkah-langkah selanjutnya.
Apakah jatuh cinta bagi seorang aktivis itu sebuah kutukan? Pernah mendengar cerita bung Tomo pengobar semangat melalui radio yang membangkitkan arek-arek surabaya. Ada satu kisah percintaan yang mungkin tidak tertulis dalam sejarah perjuangan bung tomo, ia pada saat bung tomo bersama seluruh elemen masyarakat berjuang mempertahankan kemerdekaan. Ia memutuskan untuk menikah, sehingga pada waktu itu bung tomo mendapat cemooh dari rekannya. Wal hasil pasangan yang baru menikah ini harus merelakan berpisah untuk beberapa saat. Demi terus berjuang mempertahankan kemerdekaan indonesia.
Begitulah kisah percintaan para aktivis dahulu, bagaimana dengan aktivis zaman now. Apakah idealisme mereka masih tumbuh sekuat mereka, atau justru luput dan tenggelam berbau dengan anak-anak alay zaman sekarang.